Ilmuwan Jepang Menggunakan Cacing untuk Mendeteksi Kanker Prostat, Bagaimana Caranya?

Rabu, 17 November 2021 | 13:55 WIB
Ilmuwan Jepang Menggunakan Cacing untuk Mendeteksi Kanker Prostat, Bagaimana Caranya?
Ilustrasi kanker prostat. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perusahaan biotek Jepang telah mengembangkan sebuah teknologi tes skrining menggunakan cacing kecil untuk mendeteksi tanda awal kanker pankreas dalam urine. Harapannya, cara ini dapat meningkatkan skrining rutin.

Teknologi baru ini menggunakan urine karena cairan tubuh pasien kanker memiliki bau yang berbeda dari orang sehat. Sebelum ini, anjing telah dilatih untuk mendeteksi penyakit dalam sampel napas atau urine.

Hirotsu Bio Science pun menciptakan sebuah inovasi dengan memodifikasi genetik cacing C. elegans. Cacing ini berukuran panjang sekitar satu milimeter tetapi mempunyai indera penciuman yang tajam.

Cacing ini dimaksudkan untuk bereaksi terhadap urine penderita kanker pankreas, yang terkenal sulit dideteksi sejak dini.

Baca Juga: Eks Petinggi Demokrat Max Sopacua Meninggal Dunia, Dikabarkan Sakit Kanker Paru-paru

Ilustrasi penis, ejakulasi, mr p (Pixabay/derneumann)
Ilustrasi kanker prostat (Pixabay/derneumann)

"Ini adalah kemajuan teknologi yang besar," ujar CEO Takaaki Hirotsu dalam konferensi pers, Selasa (16/11/2021), mengutip Medical Xpress.

Selain mendiagnosis kanker pankreas, teknologi ini juga dapat membantu meningkatkan skrining rutin karena sampel urine dapat dikumpulkan di rumah tanpa perlu ke rumah sakit.

"Apabila cacing tersebut 'membunyikan alarm', pasien akan dirujuk ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut," sambungnya.

Hirotsu berharap teknologi dapat membantu meningkatkan prevalensi deteksi kanker di negaranya karena dalam beberapa waktu belakangan mengalami penurunan tingkat skrining, terlebih selama pandemi virus corona ini.

Snag CEO dan Universitas Osaka merinci tekonologi deteksi kanker menggunakan cacing C. elegans ini dalam studi bersama yang terbit awal tahun ini di jurnal peer-review Oncotarget.

Baca Juga: Max Sopacua Meninggal Dunia, Terindikasi Sakit Kanker Paru-paru

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI