Pernah Miliki Riwayat Serangan Jantung, Hindari Olahraga yang Bersifat Kompetitif

Selasa, 16 November 2021 | 15:30 WIB
Pernah Miliki Riwayat Serangan Jantung, Hindari Olahraga yang Bersifat Kompetitif
Ilustrasi olahraga berlebihan (unsplash/@ollivves)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selama ini, serangan jantung dianggap sebagai penyakit orang tua, karena biasa terjadi pada mereka yang berusia 50-an dan 60-an ke atas, ternyata juga bisa menyerang orang muda.

Dalam Good Talk Series bertema “Waspada, Serangan Jantung Tak Pandang Usia!”, dr. Siska Suridanda Danny, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, mengatakan bahwa penyebab serangan jantung adalah interaksi dari berbagai faktor, yaitu faktor genetik yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah.

Faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, obesitas atau kegemukan, ketidakseimbangan kadar kolesterol, dan merokok adalah beberapa di antaranya.

"Pada laki-laki usia muda (20-an akhir atau awal 30-an) sering kali tidak ditemukan faktor risiko apa pun, kecuali yang merokok, sedangkan faktor risiko yang kuat pada perempuan muda adalah autoimun serta kadar kolesterol dan lipid darah yang sangat tidak seimbang," kata dr. Siska dalam Good Talk Series, seminar publik online kolaborasi Good Doctor dan Yayasan Jantung Indonesia.

Baca Juga: Mengapa Orang Jarang Gerak Lebih Berisiko Terkena Diabetes Melitus?

Ilustrasi Olahraga (pixabay.com)
Ilustrasi Olahraga (pixabay.com)

Lebih lanjut, Pengurus Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia ini menjelaskan, serangan jantung terjadi karena ada sumbatan total pada salah satu arteri koroner, yaitu pembuluh darah yang memberi makan otot-otot jantung.

Sumbatan total itu menyebabkan sebagian otot jantung tidak mendapatkan oksigen, tidak mendapatkan makanan sama sekali. Nyeri dada hebat yang dirasakan merupakan alarm dari otot jantung yang meminta “pertolongan”.

"Nyeri terberat yang pernah dirasakan seumur hidup, seperti tertimpa gajah atau lemari. Kadang disertai keringat dingin, mual, muntah, berdebar, sesak napas mendadak, dan pandangan gelap," jelas dia.

Apabila dalam 12 jam sejak nyeri dada itu terjadi, datanglah ke RS untuk memperoleh pertolongan, karena otot jantung yang terkena serangan jantung bisa pulih. Namun, apabila lewat dari 12 jam, otot jantung biasanya sudah mengalami kerusakan permanen.

Jantung dan saraf memang berbeda dengan jaringan tulang yang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki dirinya. Jantung, lanjut dia apabila rusak karena serangan jantung atau saraf apabila rusak karena stroke, tidak bisa memperbaiki dirinya lagi.

Baca Juga: 7 Manfaat Buah Naga untuk Kesehatan, Lengkap dengan Info Kandungan Nutrisi

Oleh karena itu, pencegahan merupakan jalan terbaik apabila berbicara mengenai stroke dan serangan jantung. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah perubahan gaya hidup.

"Perubahan gaya hidup menjadi nomor 1 untuk penyakit tidak menular, salah satunya darah tinggi dan jantung. Komponen perubahan gaya hidup secara umum, yaitu berhenti merokok, pola makan yang bergizi dan bervariasi, serta berolahraga. Obat dewa untuk semua penyakit tidak menular adalah olahraga," kata dia.

Bukan cuma itu, ia juga menganjurkan agar orang berusia di atas 40 tahun dengan hipertensi atau ada riwayat serangan jantung menghindari olahraga yang bersifat kompetitif seperti tenis, basket, dan futsal.

Meski olahraga tersebut tidak seberapa berat, tetapi rasa ingin menang yang miliki, lanjut dr. Siska membuat seseorang akan merasa emosi atau kesal, yang pada gilirannya dapat meningkatkan adrenalin berkali-kali lipat yang berpotensi memberatkan kerja jantung.

Olahraga yang jelas aman adalah jalan kaki, renang, dan bersepeda. Intensitasnya pun disesuaikan dengan kemampuan individu masing-masing. Lakukanlah 3—5 kali per minggu dengan durasi 30 menit setiap latihan karena jantung membutuhkan waktu untuk memperoleh manfaat dari olahraga yang kita lakukan.

"Kita harus melakukan olahraga yang benar-benar kita niatkan, bukan sekadar aktivitas fisik di rumah atau berjalan menuju tempat kerja. Olahraga yang diniatkan ini akan mengeluarkan hormon endorfin yang berbeda dari aktivitas fisik biasa yang mengeluarkan adrenalin dan dopamin," tutup dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI