Bahaya Asap Kebakaran Hutan, Dapat Menyebabkan Kerusakan Neuron Otak

Sabtu, 13 November 2021 | 16:30 WIB
Bahaya Asap Kebakaran Hutan, Dapat Menyebabkan Kerusakan Neuron Otak
Asap kebakaran hutan yang masih terjadi di Riau, Selasa (30/8/2016). [Dok BNPB]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kabut asap beracun yang berasal dari kebakaran hutan memiliki beragam dampak buruk, termasuk pada kesehatan manusia dalam jangka panjang.

Asap api merupakan campuran dari senyawa kimia berbahaya. Asap yang bergulung-gulung ini menambahkan partikel berbahaya ke atmosfer yang mencakup logam berat neurotoksik seperti merkuri, timbal, kadmium, dan nanopartikel mangan.

Racun-racun tersebut merupakan beban lingkungan tambahan di atas polutan yang berasal dari pabirk, pembangkit listrik, truk, mobil, dan sumber lainnya.

Potensi masalah kesehatan terbesar berasal dari partikel yang sangat kecil, lebih kecil dari 2,5 mikron atau PM 2,5.

Baca Juga: Kerusakan Otak: Ini Dampak Jangka Panjang pada Wanita yang Pernah Alami Serangan Seksual

Partikel kecil mudah terhirup, dari paru-paru, masuk ke aluran darah, dan beredar ke seluruh tubuh, termasuk di otak.

Kabut asap kebakaran hutan. (Antara)
Kabut asap kebakaran hutan. (Antara)

Menurut The Conversation, partikel ini merusak sel mikroglial atau sel pertahanan otak, membuat neuron tidak terlindungi dari kerusakan.

Studi menunjukkan bahwa partikel sangat kecil ini dapat merusak neuron atau sel otak dengan memicu peradangan.

Dampaknya adalah kondisi seperti demensia dan penyakit Parkinson, gangguan gerakan pada orang dewasa.

Selain itu, paparan polusi udara pada janin serta bayi yang baru lahir telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan spektrum autisme.

Baca Juga: Studi: Infeksi Covid-19 Ditemukan Bisa Timbulkan Kerusakan Otak

Penelitian juga menunjukkan bahwa paparan polusi udara selama masa kritis ini, terutama pada ibu hamil dengan usia kandungan trimester ketiga dan beberapa bulan kehidupan awal bayi, dapat mengganggu perkembangan saraf normal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI