WHO Perkirakan 3,2 Juta Anak di Afghanistan Berisiko Alami Kekurangan Gizi Akut

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 12 November 2021 | 23:58 WIB
WHO Perkirakan 3,2 Juta Anak di Afghanistan Berisiko Alami Kekurangan Gizi Akut
Ilustrasi anak kurang gizi. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan sekitar 3,2 juta anak di Afghanistan menderita kekurangan gizi akut hingga akhir tahun ini, dengan 1 juta di antaranya berisiko meninggal dunia karena penurunan suhu.

Setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus lalu, sektor kesehatan di negara itu sangat terpukul, dengan banyak petugas kesehatan melarikan diri karena gaji yang belum dibayar.

Badan-badan bantuan telah memperingatkan adanya kelaparan karena kekeringan seiring kegagalan ekonomi menyusul penarikan dukungan keuangan dari Barat.

"Ini perjuangan berat karena kelaparan melanda negara ini. Dunia tidak boleh mengabaikan Afghanistan," kata juru bicara WHO Margaret Harris kepada wartawan yang berbasis di Jenewa pada Jumat, melalui sambungan telepon dari Ibu Kota Kabul.

Melansir dari Reuters, di Afghanistan, suhu malam hari turun di bawah nol derajat Celcius dan suhu yang lebih dingin diperkirakan membuat orang tua dan muda lebih rentan terhadap penyakit lain, kata Harris.

Baca Juga: PBB Sebut Separuh Balita di Afghanistan Terancam Kekurangan Gizi

Di beberapa tempat, orang-orang menebang pohon untuk menyediakan bahan bakar bagi rumah sakit di tengah kelangkaan yang meluas.

Harris tidak memiliki angka untuk jumlah anak yang telah meninggal karena kekurangan gizi, tetapi menjelaskan tentang "bangsal yang penuh dengan anak-anak kecil", termasuk dengan bayi berusia tujuh bulan yang ia sebut "lebih kecil dari bayi yang baru lahir".

Kasus campak juga meningkat di Afghanistan, dan data WHO menunjukkan 24.000 kasus klinis sejauh ini telah dilaporkan.

"Untuk anak-anak yang kekurangan gizi, campak adalah hukuman mati. Kita akan melihat lebih banyak kematian jika kita tidak bergerak cepat," kata Harris, mengutip dari Antara.

Baca Juga: Stunting dan Wasting, 2 Masalah Kekurangan Gizi Ini Masih Terjadi di Indonesia

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI