Bunda Yuk Tanamkan Rasa Empati dan Simpati Anak Lewat Aktivitas Bermain, Ini 4 Tipsnya!

Jum'at, 12 November 2021 | 14:10 WIB
Bunda Yuk Tanamkan Rasa Empati dan Simpati Anak Lewat Aktivitas Bermain, Ini 4 Tipsnya!
Ilustrasi seorang anak-anak sedang bermain. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memiliki rasa empati dan simpati terhadap sesama adalah hal yang harus ditanamkan sejak dini oleh si Kecil. Hal itu dilakukan agar ia tumbuh menjadi seseorang yang baik, dermawan dan peduli terhadap orang lain di sekitarnya.

Untuk melatih hal tersebut, langkah awal yang bisa dilakukan, kata Psikolog Klinis Anak, Anastasia Satriyo. M.Psi adalah melalui bagaimana orangtua menyediakan waktu yang berkualitas bersama anak. 

Hal ini, lanjut dia, akan membuat anak merasa dicintai dan dipedulikan, yang pada gilirannya akan membuatnya mencontoh hal tersebut dari orangtuanya ke orang di sekitarnya. 

"Waktu yang berkualitas bersama anak bisa didapafkan dengan bermain permainan yang menyenangakan dan tidak memaksa selama 20-40 menit sehari akan membuat anak ingat akan memiliki keinginan untuk mengulang berbuat baik ke depannya," jelas dia dalam acara Early Learning Centre Rayakan Liburan Akhir Tahun dengan "Give the Joy of Play, This Holiday' di Jakarta, Kamis (11/11/2011).

Baca Juga: 6 Momen Istri Arief Muhammad Lahiran, Nama Anaknya Indah Banget!

Ilustrasi anak bermain (pexels/@cottonbro)
Ilustrasi anak bermain (pexels/@cottonbro)

Nah, untuk melatih anak untuk berbuat kebaikan, berikut tips yang diberikan Anastasia untuk para orangtua di rumah. 

1. Menggunakan kata-kata atau kalimat yang baik dan mengapresiasi perilaku anak yang baik
Anak-anak butuh kalimat yang spesifik yanh mengapresiasi mereka melakukan hal yang baik. 

"Kalau hanya mengucapkan terimakasih, mereka kurang paham bahwa mereka sudah melakukan hal yang diharapkan. Anak manusia juga butuh komunikasi ngobrol. Ditemenin main sama orangtua sangat penting," ujarnya.

Setelah bermain, orangtua bisa mengucapkan kata-kata seperti "Wah mama seneng deh kakak jawab mama" atau "Wah papa seneng deh kucingnya dikasih makan."

2. Bermain role play menggunakan figur dan mainan yang konkrit
Anak memiliki pikiran yang konkrit, mereka hanya bisa memahami apa yang mereka pegang, rasakan dan lihat. Sehingga, memilih permainan role play akan menstimulasi daya pikir mereka. 

Baca Juga: Olivia Nathania Ditahan Polisi, Nia Daniaty Bakal Jenguk Hari Ini?

Saat bermain role play, orangtua bisa ikut aktif berkomunikasi dengan anak. Misalnya "halo selamat pagi, ayo kita makan bareng, buat masakannya dulu yuk", sambil menggunakan beberapa mainan seperti masak-masakan.

3. Bermain sambil mengenalkan beragam nama emosi pada anak
Mengajarkan nama-nama emosi adalah hal penting. Ada lima emosi dasar yang dimiliki anak, yang bisa mulai dikenalkan untuk mereka mudah mengekspresikannya, yakni senang, sedih, takut, jijik dan marah.

Anastasia mengatakan jika tak seperti orang dewasa, anak-anak hanya bisa mengekspresikan satu emosi dan menangkap sinyal emosi yamg terlihat pada orang lain.

Sementara orang dewasa sudah bisa memperlihatkan mix emotion, saat merasa marah misalnya, mereka sebenarnya memiliki rasa peduli. 

"Misalnya kita sebutkan, saat bermain nama-nama emosi. "Eh singanya senang lho kalo dikasih makan" atau "babynya sedih kalau ditinggal ibunya". Anak-anak cuma bisa menangkap signal emotion."

4. Dalam beberapa permainan biarkan anak memegang kendali
Anak yang mendapatkan kesempatan untuk diikuti saat bermain, akan lebih mudah berempati terhadap orang lain. Selain itu, hal ini juga bisa mengembangkan otaknya.

"Latih dia untuk berpikir. Ditanya, dikasih jeda, izinkan dia untuk melakukan apa yang dia mau dengan mainannya. Kemampun berempati munculnya dari situ. Pilihan juga penting sekali untuk anak, kamu mau yang ini atau yang itu," tutup dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI