Suara.com - Fakta memprihatinkan diungkap Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Esti Nurajadin yang mengatakan bahwa Indonesia masih kekurangan center pelayanan bedah jantung anak.
Hal ini menyebabkan anak yang lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB) sulit mendapatkan penanganan, apalagi jika kondisinya sudah sangat urgent, misalnya anak yang lahir dengan PJB biru.
"Di Indonesia, center-center yang bisa melakukan operasi jantung anak itu yang complicated biru tidak banyak di seluruh Indonesia," ujar Esti dalam acara peringatan 40 tahun YJI, Senin (8/11/2021).
Selama 4 dekade lamanya, Esti dan para pengurus YJI yang sudah membantu 2.175 anak dengan PJB, merasakan sulitnya mencari pusat pelayanan operasi jantung anak yang terbilang rumit.
Baca Juga: Selama 40 Tahun, Lebih Dari 2000 Anak Sakit Jantung Bawaan di Indonesia Berhasil Tertolong
Bahkan kata Esti, kebanyakan ia membawa anak-anak tersebut ke Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta, yang dikenal sebagai RS Pusat Jantung Nasional, yang juga rumah sakit ibu dan anak.
Sedikitnya center pelayanan sakit jantung anak, pada akhirnya membuat waktu tunggu anak dengan PJB jadi lebih lama untuk mendapat tindakan.
Apalagi dalam proses administrasi penyaluran bantuan YJI bisa mencapai 2 tahun, sehingga jika center pelayanan sakit jantung anak ditambah, akan mempercepat proses administrasi dari sisi kepengurusan dokter dan rumah sakit.
"Beberapa anak, saat kami dalam proses mengurus pendanaan dan mengurus dokter dan rumah sakit, dan pada waktu kami panggil lagi, si anak ini ternyata sudah meninggal," tutur Esti.
Sedangkan proses menunggu 2 tahun untuk anak dengan PJB biru sudah sangat terlambat. Ini karena kondisi anak lahir biru, ditandai adanya sumbatan di peredaran darah jantungnya yang menyebabkan ia kesulitan bernapas, yang membuat kulitnya berwarna biru.
Baca Juga: Pasien Covid-19 Berisiko Alami Gangguan Jantung Setelah Sembuh