Suara.com - Indonesia telah beberapa kali mendatangkan vaksin Covid-19 buatan luar negeri untuk diberikan pada masyarakat. Selain itu, sebenarnya Indonesia juga mengembangkan vaksin tersendiri yang dikenal dengan vaksin Merah Putih.
Tapi, seringkali perkembangan vaksin merah putih tidak mendapatkan sorotan yang cukup. Lantas, sejauh mana perkembangan vaksin Merah Putih saat ini?
Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, Universitas Airlangga menyerahkan bibit Vaksin Merah Putih kepada PT. Biotis Pharmaceutical.
Penyerahan bibit vaksin ini sekaligus menandai kerjasama antara keduanya, yang mana PT Biotis didapuk sebagai salah satu mitra untuk memproduksi vaksin Merah Putih.
Baca Juga: Hits Health: Efek Samping Vaksin Covid-19, Vaksinasi Anak 6-11 Tahun Bukan Indikator PTM
Seperti diketahui, Universitas Airlangga menjadi salah satu anggota konsorsium yang mengembangkan Vaksin Merah Putih dengan platform inactivated virus.
Sama seperti vaksin COVID-19 lainnya, sebelum digunakan, bibit Vaksin Merah Putih telah melalui uji praklinis tahap 1,2 dan 3 kepada hewan dengan hasil yang aman dan baik.
Selanjutnya, bibit vaksin akan mulai dilakukan uji klinis tahap 1 kepada 100 orang, diteruskan dengan uji klinis tahap 2 pada Januari 2022 kepada 400 orang dan uji klinis terakhir atau yang ketiga pada Februari 2022 kepada sekitar 1000 orang.
“Ini kan sudah lulus uji praklinis ke hewan, kalau bisa uji klinisnya mulai tahun ini, untuk mengukur keamanannya,” tutur Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Tak hanya memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri, Menkes berharap bibit vaksin Merah Putih ini nantinya bisa dikembangkan dalam untuk memberikan vaksin booster dan vaksin bagi anak-anak usia 5-12 tahun.
Baca Juga: Info Vaksin Surabaya Terbaru 9 November 2021, Tersedia Juga di WTC e-Mall Lantai 5
“Karena saat ini baru ada satu vaksin yang bisa digunakan untuk anak usia 5-12 tahun. Padahal ada 30 juta anak-anak di Indonesia yang menjadi sasaran penerima vaksin COVID-19,” terangnya.
Menkes menambahkan keberhasilan Univeritas Airlangga menemukan vaksin sendiri, merupakan tonggak sejarah dalam perkembangan sistem kesehatan Indonesia. Pihaknya ingin momentum baik ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan sarana dan prasaran terutama fasilitas dan kompetensi pengembangan vaksin.
“Saya berharap Indonesia bisa menguasai teknologi, bukan hanya berbasis dari teknologi virus bukan hanya berbasis teknologi protein rekombinan maupun asam nukleat,” kata Menkes.