Suara.com - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Fenglei Wang, dari Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa peningkatakan risiko stroke lebih didasarkan pada jenis lemak yang dikonsumsi daripada berapa banyak yang dikonsumsi.
Ia dan rekan-rekannya melacak 100.000 orang selama 30 tahun untuk mengatakan bahwa mengonsumsi lemak tinggi bukanlah masalah, tapi harus melihat asupan jenis lemaknya.
Mereka menemukan, orang yang banyak makan lemak babi, daging merah, atau daging olahan 16% lebih mungkin mengalami stroke.
Sementara orang yang mendapat asupan lemaknya dari produk susu, seperti mentega atau keju, tidak mengalami peningkatan risiko, lapor Daily Mail.
Baca Juga: 4 Kebiasaan Ini Bikin Kamu Terlihat Lebih Tua, Salah Satunya Sering Makan Daging Merah
Selain itu, peneliti juga menemukan orang yang lebih sering masak menggunakan minyak nabati, seperti minyak zaitun, jagung, atau kedelai, memiliki 12% penurunan risiko terkena stroke.
"Temuan kami menunjukkan jenis lemak dan lemak dari sumber makanan tertentu lebih berpengaruh daripada jumlah total lemak makanan dalam mencegah penyakit kardiovaskular, termasuk stroke," jelas Wang.
Peneliti berpendapat bahwa studi mereka merupakan yang pertama menganalisis secara komprehensif bagaimana makan berbagai jenis lemak memengaruhi risiko stroke.
Tetapi peneliti mencatat bahwa penelitian ini bersifat observasional, sehingga tidak dapat mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat antara konsumsi lemak dan risiko stroke.
Di sisi lain, sebelum studi ini para ahli memperingatkan bahwa terlalu banyak mengonsumsi daging merah juga sebenarnya meningkatkan risiko kesehatan, meski jenis daging ini sumber protein dan vitamin yang baik.
Baca Juga: Daging Merah Sebabkan Kanker Usus Besar dan 4 Berita Kesehatan Menarik Lain
Para ahli percaya jumlah lemak jenuh yang tinggi dalam daging meningkatkan kadar kolesterol berbahaya, sementara garam meningkatkan tekanan darah. Keduanya hal itu meningkatkan risiko stroke.
Selain itu, bahan kimia karsinogen di dalam daging merah, yang biasanya terjadi selama pemrosesan atau diproduksi saat memasak, dapat merusak sel dan meningkatkan risiko kanker.