Suara.com - Bermain adalah dunia anak-anak. Meski kelihatannya bebas, saat anak-anak bermain dengan mainannya, itu bermanfaat untuk tumbuh kembang anak.
Hal itu dikatakan oleh Psikolog klinis dan keluarga dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Pritta Tyas Mangestuti, dalam sebuah webinar, Sabtu (6/11/2021).
Pritta mengatakan bahwa kegiatan bermain pada anak memiliki manfaat besar bagi tumbuh kembang dan perilaku ketika dewasa.
Sayangnya, menurut Pritta, masih banyak orangtua yang masih memarahi anak lantaran menggunakan berbagai jenis perabotan rumah tangga untuk 'bermain'. Padahal, ini bisa menghidupkan imajinasi anak, lho.
Baca Juga: Pastikan Tumbuh Kembang Anak Berkualitas, Pendidikan Karakter Tak Boleh Disepelekan
Kegiatan bermain dapat memberi banyak manfaat bagi anak. Misalnya role play atau permainan meniru, ini bisa melatih perkembangan sosial dan empati anak.
Atau saat orangtua melakukan storytelling bersama anak dengan cerita yang seru dan menarik, maka anak akan menyerap berbagai kata yang diucapkan. Ketika anak berusia 3-4 tahun, kegiatan bercerita akan melatihnya untuk merangkai kaca saat berbicara.
"Manfaat berikutnya early math skill. Jangan salah, salah satu manfaat dari permainan adalah pondasi matematika, tapi bukan hitung-hitungan," kata Pritta, mengutip dari Antara.
"Saat anak bermain mengisi air di gelas misalnya, dia akan tahu kalau ngisinya kepenuhan akan tumpah, dia nanti akan bisa mengira-ngira," lanjutnya.
Pritta juga mengatakan bahwa bermain bisa membantu anak meregulasi emosinya, memahami keinginan orang lain dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Baca Juga: Penting di Masa Pandemi, Ayah dan Bunda Jangan Sampai Lupa Bermain Bersama Anak Ya!
Lalu, permainan seperti apa yang sebaiknya dilakukan oleh anak?
"Saat bermain, biar anak yang memutuskan mau main apa, minta dia untuk berani mengutarakan. Ini akan membuatnya percaya diri dan sangat penting untuk dia mengambil keputusan saat dewasa," ujar Pritta.
Yang paling penting adalah bermain dapat mengoptimalkan fungsi eksekutif. Hal ini sangat berguna ketika anak dewasa untuk mengontrol fokus perhatian.
"Sekarang kan banyak ya orang melakukan berbagai hal di waktu bersamaan, kalau fungsi eksekutifnya bagus maka orang itu bisa mengontrol mana yang jadi fokus perhatiannya," ujar Pritta.
"Kalau enggak bagus, dia akan panikan saat menghadapi sesuatu, level stres cepat naik. Semua ini enggak tumbuh secara alami, tapi dibentuk saat anak-anak bermain," imbuhnya.
Selain itu, bermain juga dapat menurunkan tingkat stres pada anak, kelelahan, depresi dan menaikkan rentang konsentrasi saat belajar.