Suara.com - Banyak orang berharap virus corona Covid-19 segera hilang sehingga kehidupan dapat kembali seperti sebelum wabah menyebar ke seluruh dunia. Tetapi, apakah virus pandemi akan benar-benar hilang?
Terdapat dua kondisi, lapor The Conversation. Ada virus yang dianggap punah, tetapi ada juga yang menetap namun kasusnya menjadi stabil.
Misalnya saja SARS-CoV, virus corona penyebab SARS pada 2003 silam. Virus ini sempat menyebar ke 29 negara dan wilayah, menginfeksi lebih dari 8.000 orang dari November 2002 hingga 2003.
Berkat intervensi kesehatan masyarakat yang cepat dan efektif, SARS-CoV belum dideteksi lagi pada manusia selama hampir 20 tahun. Inilah mengapa SARS-CoV dianggap punah.
Sementara virus yang bertahan adalah virus influenza, yang sudah dapat diatasi dengan vaksinasi dan kasusnya stabil. Virus-virus inilah yang disebut endemik.

Apa yang menentukan virus menjadi endemik?
'Nasib akhir' virus tergantung pada seberapa baik ia mempertahankan penularannya.
Ketika virus pertama kali menginfeksi manusia yang belum memiliki kekebalan atau antibodi, penularannya didefinisikan menggunakan istilah R0 (dibaca: R-naught). Ini juga disebut sebagai nomor reproduksi.
Angka reproduksi virus menunjukkan berapa banyak rata-rata seseorang yang terinfeksi dapat menginfeksi orang lain. Contohnya, SARS-CoV pertama memiliki R0 sekitar 2, artinya setiap orang yang terinfeksi rata-rata akan menularkan virus di dalam tubuh mereka ke dua orang.
Baca Juga: Darmawan Denassa Alumni Unhas Penyelamat Tumbuhan Endemik dan Langka di Sulawesi Selatan
Untuk SARS-CoV-2 varian Delta, R0 mereka adalah antara 6 sampai 7. Artinya, satu orang yang terinfeksi dapat menularkan virusnya ke 6 hingga 7 orang lain.