Suara.com - Kanker serviks atau kanker leher rahim dikenal sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam karena tidak bergejala. Itu sebabnya, dokter menyarankan vaksinasi HPV dilakukan pada anak remaja usia sekolah.
Menurut dr. Andi Dharma Putra, Sp.OG, vaksin human papillomavirus atau vaksin HPV bisa mencegah infeksi virus HPV bereplikasi, yang jadi penyebab utama kanker serviks.
"Terlebih, usia produktif merupakan usia yang rentan terinfeksi oleh virus HPV, terutama HPV tipe 16 dan tipe 18 yang dapat mengakibatkan kanker serviks," ujar dr. Andi dalam acara diskusi KICKS, Sabtu (5/11/2021).
Seperti diketahui, virus HPV bisa masuk ke tubuh dan rahim, salah satunya melalui hubungan seksual.
Baca Juga: Mahasiswa UB Malang Rancang Pembalut Berbahan Limbah Agar-agar Bisa Cegah Kanker Serviks
Berdasarkan rekomendasi Satgas Imunisasi Anak dan Satgas Imunisasi Dewasa, sebaiknya vaksin HPV bisa mulai diberikan saat anak berusia 9 tahun hingga 55 tahun.
Meski rentang usia vaksinasi HPV bisa dilakukan hingga usia 55 tahun, tapi semakin awal vaksinasi HPV diberikan, akan semakin baik karena bisa memberikan perlindungan pada perempuan dari kanker serviks.
"Segera mencari informasi mengenai kanker serviks dan pencegahannya melalui vaksinasi HPV dengan mengikutsertakan anak-anaknya imunisasi di sekolah," jelas dr. Andi.
Meski belum jadi program nasional, di beberapa daerah di Indonesia, vaksinasi HPV sudah menjadi program imunisasi wajib, terhadap anak sekolah kelas 5 dan 6 SD, diberikan dua dosis vaksin, dengan masing-masing dosis diberikan dalam rentang waktu satu tahun.
Vaksinasi HPV juga sejalan dengan strategi global WHO untuk mengeliminasi kanker serviks, dengan mencakup
hingga 90 persen vaksinasi HPV, 70 persen cakupan skrining, dan 90 persen akses ke pengobatan terkait di semua negara.
Baca Juga: Wanita Wajib Tahu Gejala Kanker Serviks Sejak Dini
Selain itu, vaksinasi HPV tidak hanya mencegah bahaya kanker serviks, tetapi juga penyakit terkait HPV lainnya, seperti beberapa penyakit kulit dan kelamin pada pria.
Perlu diketahui, menurut data Globocan 2020, angka kanker serviks di Indonesia meningkat hampir 15 persen dibandingkan pada tahun 2018 dengan jumlah kasus 36.633, dan membunuh 57 perempuan Indonesia setiap harinya.
Sehingga jika kita tidak segera bertindak, kematian akibat kanker serviks akan meningkat hampir 50 persen pada tahun 2030.