Informasi Nilai Gizi di Makanan Sulit Terbaca Masyarakat, Ini Solusi dari BPOM

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Sabtu, 06 November 2021 | 09:54 WIB
Informasi Nilai Gizi di Makanan Sulit Terbaca Masyarakat, Ini Solusi dari BPOM
Ilustrasi belanja makanan. (Unsplash.com/Phuong Tran)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengetahuan tentang nilai gizi yang terkandung dalam makanan kemasan penting diketahui masyarakat. Sayangnya, belum banyak yang mau membacanya karena tulisan informasi yang susah dibaca.

Hal ini diakui juga oleh Koordinator Standardisasi Pangan Olahan Badan POM, Yusra Egayanti, SSi., Apt.,. Ia mengatakan informasi gizi dalam tabel adakalanya tak praktis untuk dibaca dan dipahami masyarakat.

"Informasi dalam tabel adakalanya bacanya ribet, angka-angka, kotak, complicated. Ini disadari, masyarakat tidak mudah memahami dalam bentuk tabel," ujar dia dalam sebuah webinar kesehatan, dikutip dari ANTARA.

Untuk itu, sekarang berkembanglah apa informasi nilai gizi pada bagian utama label kemasan dalam bentuk panduan asupan gizi harian warna monokrom. Inovasi didasarkan survei preferensi konsumen dan kemampuan industri melakukan reformulasi.

Baca Juga: Wakil Ketua Komisi IX DPR Bantah Bahas BPA Kemasan dengan BPOM

Label bahaya atau informasi kesehatan di produk makanan. (Shutterstock)
Label bahaya atau informasi kesehatan di produk makanan. (Shutterstock)

"Jadi sebagian informasi dalam label dibawa ke depan khususnya zat gizi terkait penyakit tidak menular (PTM) seperti energi, lemak total, natrium, gula. Beberapa produk pangan sudah mencantumkan ini dan mudah-mudahan jelas berapa jumlahnya, ada persentase AKG," kata Ega.

Pilihan kedua, dalam bentuk logo Pilihan Lebih Sehat yang menunjukkan produk lebih sehat dibandingkan produk sejenis selama dikonsumsi dalam jumlah wajar. Ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat memilih pangan olahan didasarkan pada kandungan gizinya.

Ega menuturkan, sudah ada persyaratan terkait produk yang bisa mencantumkan logo berdasarkan pembatasan zat gizi tertentu dalam pangan yang berkontribusi pada peningkatan prevalensi PTM seperti gula, garam dan lemak.

Saat ini baru ada tiga produk yang bisa mencantumkan logo yakni minuman siap konsumsi, pasta dan mi instan. Ketiganya termasuk dalam kelompok pangan yang menyumbang asupan gula, garam dan lemak.

Oleh karena syarat produk bisa mencantumkan logo yakni bila kandungan gulanya rendah, maksimal 6 gram per 100 ml, baik minuman susu, teh, bersoda. Untuk pasta dan mi instan bila lemak total diturunkan menjadi 20 gram per 100 gram dan garamnya diturunkan 900 mg per 100 gram.

Baca Juga: Rekomendasi Pemberian Vaksin COVID-19 untuk Anak-anak

Ega menyarankan, walau logo Pilihan Lebih Sehat tercantum dalam suatu produk, namun tak berarti konsumsinya melebihi kewajaran.

"Selama dikonsumsi dalam jumlah yang wajar karena adakalanya kemudian setelah melihat logo Pilihan Lebih Sehat, konsumsinya banyak. Nah itu jadinya bisa misleading. Jadi, tetap dikonsumsi dalam jumlah yang wajar," demikian saran dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI