Suara.com - Indonesia masih cukup tertinggal dibandingkan negara Asia lain dalam hal penyediaan akses layanan kesehatan. Bukan hanya dari segi kuantitas, tapi juga kualitas.
Hal tersebut yang bisa jadi salah satu pemicu masyarakat Indonesia memilih jalani pengobatan di luar negeri.
“Beberapa permasalahan yang ada saat ini, antara lain akses pelayanan kesehatan di Indonesia masih tertinggal di Asia. Salah satunya dengan jumlah 1,18 tempat tidur per 1.000 penduduk dibandingkan negara lain sebanyak 3,3 tempat tidur per 1000 penduduk," kata Ketua YKI Koord. Jawa Tengah dr. Eko Adhi Pangarsa, Sp.PD-KHOM., dalam webinar 'Orkestrasi penanganan kanker di Indonesia: Pasien merupakan subyek penting dalam pelayanan berkualitas', Kamis (4/11/2021).
"Dari data yang ada, terjadi pengeluaran dana sebesar 11,5 miliar USD ke luar negeri untuk pengobatan dan kanker merupakan alasan kedua WNI berobat ke luar negeri," imbuhnya.
Baca Juga: 4 Layanan Kesehatan yang Sulit Diakses Masyarakat Selama Gelombang Kedua Covid-19
Terkait dengan penyakit kanker, sekitar 70 persen kasus kanker baru didiagnosis pada stadium lanjut. Selain itu, menurut dokter Eko, sampai saat ini pelayanan kanker juga belum memiliki standar kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang cukup. Juga rumah sakit yang bisa melayani pasien kanker belum merata di setiap daerah.
"Peran serta Pemerintah Pusat sangat diperlukan, antara lain dengan membentuk regulasi-regulasi yang mengatur sistem kerja tata kerja organisasi penyelenggara layanan kesehatan kanker, tatakerja dalam organisasi profesional pemberi layanan, serta untuk membentuk sebuah badan negara pengendalian kanker nasional sesuai rekomendasi WHO dengan program National Cancer Control," paparnya.
Selain itu, perlu adanya pengembangan jejaring layanan kanker agar terciptanya sistem nasional yang optimal. Menurut dokter Eko, dibutuhkan peran serta Pemerintah Daerah juga dalam membuat kebijakan dan strategi pengendalian kanker, berupa pencegahan dan penanggulangan penyakit melalui peningkatan upaya skrining dan deteksi dini, selain tentunya penguatan fasilitas kesehatan
"Upaya penguatan deteksi dini ini harus kita pikirkan. Sehingga minat masyarakat juga makin tinggi untuk melakukan screening dan deteksi dini. Penguatan JKN dalam upaya deteksi dini juga sangat diperlukan, agar rakyat semakin mudah melakukan screening kanker," tuturnya.
Sistem deteksi dini tersebut tentu berkaitan dengan terapi yang dijalankan dan biaya yang diperlukan. Jika deteksi dini semakin banyak dilakukan, harapannya dalam jangka panjang kasus kanker stadium lanjut di Indonesia akan menurun kejadiannya.
Baca Juga: Tak Hanya Aman, Telemedis Bantu Dokter Perluas Jangkauan Layanan Kesehatan