Suara.com - Leukemia atau kanker darah adalah sebuah kondisi yang ditandai dengan pertumbuhan sel darah yang abnormal di dalam sumsum tulang. Akibatnya, ditemukan sel-sel darah, terutama sel darah putih, yang tidak normal di dalam aliran darah.
Gejala yang paling sering dialami oleh pasien leukemia antara lain mudah memar atau mengalami perdarahan, pucat, mudah lelah, rentan mengalami infeksi berulang, penurunan berat badan drastis, dan peningkatan jumlah sel darah putih yang signifikan.
Pada dasarnya, leukemia dapat terjadi pada usia berapa saja, namun angka kejadiannya terus meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, pasien leukemia dewasa di Indonesia saat ini jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Sementara angka harapan hidup pasien-pasien ini masih belum terlalu tinggi, meskipun telah menerima terapi yang tersedia saat ini. Ditambah lagi, seringkali pasien datang terlambat yang akan semakin menurunkan peluang kesembuhan.
“Sampai saat ini, pilihan terapi utama yang tersedia untuk pasien leukemia dewasa adalah kemoterapi, di mana pasien diberikan infus obat-obatan yang bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh pasien,” jelas dr. Resti Mulya Sari, SpPD, KHOM, FINASIM dari bagian Hematologi Onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Baca Juga: Dikira Gagal Jantung, Kisah Wanita Ternyata Hamil dan Harus Melahirkan saat Koma
Selain kemoterapi, ada satu pilihan terapi lain yang juga dapat membantu pasien-pasien leukemia, yaitu terapi seluler. Namun, terapi ini belum terlalu populer di Indonesia karena belum banyak rumah sakit yang dapat melakukannya.
“Terapi seluler biasanya dilakukan setelah kemoterapi, untuk menggantikan sel-sel yang rusak akibat kemoterapi dan juga memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa,” ujar dr. Resti, mengutip siaran pers yang diterima Suara.com.
Rumah Sakit Kanker Dharmais yang dikenal sebagai Pusat Kanker Nasional, saat ini menghadirkan pilihan terapi seluler bagi pasien leukemia dewasa di Indonesia. Pilihan terapi seluler yang diberikan berupa transplantasi sel punca, atau yang biasa dikenal dengan transplantasi sumsum tulang, menggunakan sel yang berasal dari darah perifer.
Transplantasi dapat dilakukan menggunakan sel punca milik pasien sendiri, yang disebut sebagai transplantasi autologus, atau menggunakan sel punca yang berasal dari donor, yang disebut sebagai transplantasi alogenik.
Khusus untuk transplantasi alogenik, donor akan diperiksa terlebih dahulu apakah memiliki kecocokan dengan pasien yang akan menerima sel punca.
Baca Juga: Sering Berkeringat di Malam Hari, Waspadai Gejala Kanker Darah
Berdasarkan studi yang ada dan pengalaman di negara lain, transplantasi sel punca dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan angka harapan hidup pasien leukemia jenis tertentu.
Selain transplantasi sel punca, Rumah Sakit Kanker Dharmais juga menghadirkan pilihan terapi seluler lain, yaitu donor lymphocyte infusion (DLI). Terapi ini berupa pemberian infus berisi limfosit, salah satu jenis sel darah putih, yang berasal dari donor kepada pasien leukemia.
Limfosit ini nantinya akan mengenali sel-sel kanker dan dapat menghancurkan sel-sel ganas tersebut. Terapi ini adalah terapi penyelamatan yang dilakukan jika pasien kembali mengalami kekambuhan pasca menerima transplantasi. Terapi ini dapat menjadi pilihan di saat tidak ada lagi pilihan terapi yang dapat dilakukan.
“Rumah Sakit Kanker Dharmais sudah memiliki fasilitas yang mampu memproses darah perifer untuk kemudian mendapatkan sel punca atau sel darah putih yang akan digunakan dalam terapi leukemia,” jelas dr. Yanto Ciputra, M.Biomed mewakili Unit Transfusi Darah RS Kanker Dharmais.
Tentunya terapi seluler ini bukanlah terapi sederhana. “Pasien harus dinilai terlebih dahulu oleh seorang ahli hematologi dan onkologi sebelum ditetapkan sebagai kandidat yang cocok untuk menerima terapi seluler. Dan tidak semua pasien dapat menerima transplantasi sel punca yang berasal dari dirinya sendiri, sehingga ia membutuhkan sel dari donor atau alogenik,” ujar dr. Resti.
Kendala yang seringkali dihadapi dalam transplantasi alogenik maupun DLI adalah menemukan donor yang cocok dalam kurun waktu singkat.
Namun, seiring dengan kecanggihan teknologi, saat ini semuanya dapat dipersiapkan dari jauh-jauh hari sebelum waktu transplantasi atau bahkan sebelum pasien diketahui membutuhkan terapi DLI. Sel punca dan sel limfosit yang diberikan oleh donor dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu sebelum nantinya digunakan saat dibutuhkan.
Untuk melengkapi layanan terapi seluler yang ditawarkannya, Rumah Sakit Kanker Dharmais, juga memberikan layanan penyimpanan sel donor sebelum digunakan untuk transplantasi ataupun terapi DLI.
Untuk layanan ini, Rumah Sakit Kanker Dharmais bekerja sama dengan PT Cordlife Persada, sebuah bank penyimpanan sel punca yang berbasis di Jakarta. Penyimpanan sel donor ini akan dilakukan secara kriogenik dan dijaga dalam suhu beku -196 derajat Celsius agar kondisi selnya tetap baik dan siap digunakan kapan saja.
“Penyimpanan ini dapat dilakukan selama bertahun-tahun dan bermanfaat sebagai tabungan biologis bagi pasien, untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi kekambuhan. Pada prinsipnya Cordlife siap mendukung Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam memberikan layanan ini untuk membantu pasien-pasien yang membutuhkan terapi seluler,” ujar dr. Meriana Virtin, medical advisor PT Cordlife Persada.
Dengan hadirnya terapi seluler di Rumah Sakit Kanker Dharmais, diharapkan angka kesembuhan dan harapan hidup pasien-pasien leukemia dewasa di Indonesia dapat meningkat.