Kasus Aktif di Indonesia Terus Turun, Ini Imbauan Satgas Covid-19

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 03 November 2021 | 15:18 WIB
Kasus Aktif di Indonesia Terus Turun, Ini Imbauan Satgas Covid-19
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia mengalami penurunan kasus Covid-19 yang cukup signifikan dalam 3 bulan terakhir. Meski begitu Satuan Tugas Penanganan Covid-19 meminta masyarakat untuk tidak lengah dan tetap waspada.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, saat ini penularan kasus di Indonesia cukup rendah, dengan rata-rata 700 kasus perhari.

Sementara angka kesembuhan pun sudah berada di angka 96,33 persen. Perkembangan baik ini terjadi di tengah aktivitas masyarakat yang mulai kembali berjalan, bahkan meliputi pelaksanaan kegiatan berskala nasional dan persiapan kegiatan berskala internasional.

"Hal inilah yang membuat perkembangan baik ini diakui dunia. bahkan Center for Disease Control (CEC) saat ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan level 1," Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Selasa (2/11/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Baca Juga: Bakal Kembali ke PPKM Darurat jika Covid-19 Melonjak, Wagub DKI Minta Jangan Abai Prokes

Ilustrasi kasus Covid-19. (Unsplash)
Ilustrasi kasus Covid-19. (Unsplash)

Wiku mengapresiasi seluruh lapisan masyarakat atas pencapaian baik ini. Karena pencapaian ini diraih melalui upaya berlapis yang terus-menerus dan kontribusi semua pihak, termasuk pembatasan mobilitas dan juga peningkatan cakupan vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan pada kegiatan masyarakat.

Meski demikian, Indonesia perlu mencermati perkembangan kasus COVID-19 secara global. Karena beberapa negara yang tidak melakukan upaya secara menyeluruh akan berpotensi kembali meningkatnya kasus. Seperti di Australia, Singapura dan Vietnam. di mana kasus COVID-19 membutuhkan waktu yang sangat lama untuk ditekan, dengan jumlah kasus tidak lebih dari 50 per harinya.

Australia dan Singapura bahkan cakupan vaksinasinasinya, melebihi 60 persen penduduk. Namun akibat varian Delta, begitu pembukaan aktivitas justru kasusnya langsung naik tajam hingga 40 - 90 kali lipat.

"Hal ini menandakan upaya pembatasan mobilitas yang sangat ketat dan peningkatan cakupan vaksinasi bukanlah solusi tunggal untuk menekan kasus. Karena negara yang melakukan keduanya nyatanya tetap meningkat kasusnya karena aktivitas masyarakat yang tidak sejalan dengan disiplin protokol kesehatan," tegas Wiku.

Selanjutnya, mencermati perkembangan di Israel, Rumania dan Ukraina. Meskipun ketiganya telah melewati lonjakan kasus pertama dan kedua, nyatanya lonjakan kasus ketiga masih terjadi baru-baru ini. Padahal dengan tingginya warga terkena COVID-19, seharusnya imunitas di tengah masyarakat telah terbentuk sehingga dapat menekan penularan selanjutnya.

Baca Juga: Kerja Sama Lintas Sektor untuk Tes Covid-19 Penting untuk Penanggulangan Pandemi Covid-19

Melihat hal ini, artinya negara yang telah mengalami lonjakan kasus pertama dan kedua pun belum tentu terbebas dari lonjakan ketiga. Apabila upaya disiplin protokol kesehatan dan peningkatan cakupan vaksinasinya tidak dilakukan dengan baik.

Sementara melihat apa yang dilakukan Indonesia, pada lonjakan kedua pemerintah menerapkan upaya yang berlapis dan menyeluruh. Ada 5 hal yang dilakukan Indonesia hingga penanganan COVID-19 membaik dan penularan kasus rendah.

Pertama, tingginya kasus positif pada lonjakan kedua menyebabkan meningkatnya jumlah penyintas COVID-19 sehingga kekebalan alami tubuh penyintas meningkat.

Kedua, meningkatnya usaha dan cakupan program vaksinasi yang cukup signifikan dalam waktu cepat. Sehingga berkontribusi membentuk kekebalan tubuh masyarakat yang dibuktikan dengan data sero surveilans.

Ketiga, upaya pembatasan aktivitas masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi daerah hingga tingkat kabupaten/kota. Upaya ini terus dievaluasi setiap 2 minggu agar efektif menekan penularan.

Keempat, upaya pembatasan mobilitas yang tidak hanya dilakukan antar wilayah di Indonesia namun juga dari luar negeri semakin meminimalisir potensi penularan kasus importasi.

Kelima, pembukaan sektor sosial ekonomi dengan penuh kehati-hatian serta dibarengi dengan upaya disiplin protokol kesehatan 3M yang diawasi pada setiap sektornya.

Karenanya, menuju periode Natal dan Tahun Baru di akhir tahun nanti penting untuk terusmengawasi pergerakan dan aktivitas masyarakat. Jika merujuk data tren kasus positif di 34 provinsi terdapat 3 provinsi yang menunjukkan tren peningkatan di minggu terakhir inj.

Ketiganya, yaitu Jawa Barat, Gorontalo dan Maluku Utara serta 6 provinsi yang di minggu sebelumnya juga mengalami peningkatan. Yaitu Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Banten Sulawesi Barat dan Papua. Hal ini perlu diantisipasi dan terus dievaluasi agar tidak kembali meningkat di minggu berikutnya.

"Cakupan vaksinasi untuk membentuk kekebalan tubuh masyarakat penting untuk terus ditingkatkan dan diperluas agar dapat tercapai perlindungan maksimal," lanjutnya.

Namun tetap perlu diingat bahwa vaksinasi saja tidak cukup untuk menekan penularan. Seluruh lapisan masyarakat harus disiplin protokol kesehatan secara ekstra. Agar tidak membuka celah penularan. "Disiplin protokol kesehatan adalah modal utama kita mendukung pemulihan ekonomi dan melakukan aktivitas sosial menuju periode akhir tahun dan di tahun baru 2022," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI