Dengar Cerita Horor tetapi Tidak Takut? Kemungkinan Anda Idap Aphantasia

Selasa, 02 November 2021 | 13:55 WIB
Dengar Cerita Horor tetapi Tidak Takut? Kemungkinan Anda Idap Aphantasia
Ilustrasi orang ketakutan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kisah-kisah horor selalu memiliki daya tarik tersendiri dan banyak orang yang menyukai cerita menakutkan ini. Tetapi, ada juga orang yang sama sekali tidak terpengaruh dengan kisah tersebut.

Menurut peneliti Rebecca Keogh dari Departemen Ilmu Kognitif, Universitas Macquarie, salah satu alasan mengapa orang lebih mudah ketakutan berhubungan dengan seberapa baik mereka memvisualisasikan adegan menakutkan dalam pikiran mereka.

Secara teori, kita akan membayangkan adegan ketika mendengarkan sebuah cerita. Namun, tidak semua orang dapat melakukannya secara mudah. Beberapa perlu fokus dengan sangat keras untuk melakukannya.

Sementara yang lainnya tidak dapat memvisualisasikan gambar sama sekali. Tidak peduli seberapa keras mencoba, mereka tidak bisa 'melihat' apa pun di pikiran mereka.

Baca Juga: Lucinta Luna Wajib Bawa Ini saat Syuting Konten Horor di Luar Negeri

Ketidakmampuan memvisualisasikan apa yang didengar ini dikenal sebagai aphantasiaa, lapor The Conversation.

Ilustrasi perempuan ketakutan. (Shutterstock)
Ilustrasi perempuan ketakutan. (Shutterstock)

Meski sudah diketahui bahwa kemampuan visual masing-masing orang berbeda. Tetapi istilah aphantasiaa baru diciptakan pada 2015.

Belum diketahui seberapa umum aphantasia ini, tetapi diperkirakan bervariasi pada satu hingga empat persen dari populasi.

Sayangnya, hanya ada sangat sedikit studi mengenai apa yang terjadi pada otak pengidap aphantasiaa dan alasan mereka tidak dapat memvisualisasikan cerita.

Ada satu studi yang menunjukkan bahwa hubungan antar daerah frontal dan visul otak terkait visualisasi gambar pada pengidap aphantasiaa lebih lemah.

Baca Juga: Syuting Konten Horor di Luar Negeri, Lucinta Luna Bawa Penanak Nasi

Jadi setiap pengurangan konektivitas antara daerah frontal dan visual dapat mengakibatkan kurangnya kontrol atas daerah visual. Ini dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk memvisualisasikan.

Pengidap aphantasiaa cenderung tidak mengembangkan gangguan terkait ingatan ketakutan, seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Kemungkinan mereka bisa mengalaminya, tetapi dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang.

Tetapi, memang masih perlu dilakukan lebih banyak penelitian tentang aphantasiaa ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI