Peneliti Klaim Vaksin Covid-19 Pfizer untuk Anak Usia 5-11 Tahun Punya Efek Samping Ringan

Senin, 01 November 2021 | 11:47 WIB
Peneliti Klaim Vaksin Covid-19 Pfizer untuk Anak Usia 5-11 Tahun Punya Efek Samping Ringan
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin Pfizer yang akan disuntikkan ke warga di Puskesmas Pekayon, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (27/8/2021). ANTARA FOTO
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komite penasihat Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah mengizinkan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech untuk anak usia lima hingga 11 tahun sebagai penggunaan darurat.

Sebelumnya, peneliti sudah melakukan uji klinis di sekitar Amerika Serikat yang dimulai pada Maret lalu.

"Respons (vaksin) yang paling baik ditoleransi oleh anak-anak seusia itu, dengan efek samping ringan, seperti demam, nyeri, serta kedinginan dan hal-hal seperti itu," kata salah satu penguji klinis Dr. Emanuel "Chip" Walter Jr. dari Duke Human Vaccine Institute.

Walter mengatakan efek samping vaksin pada anak-anak dipantau secara cermat selama masa uji klinis.

Baca Juga: Info Vaksin Tangerang 1 sampai 6 November 2021, Bisa Disuntik di Mal

Produsen telah mengambil tindakan pencegahan agar tidak terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi vaksin dewasa dan anak-anak, yakni dengan memberi tanda mana dosis untuk anak-anak serta mana yang untuk dewasa.

Sebuah botol vaksin Pfizer untuk Covid-19 di sebuah rumah sakit di Le Mans, Prancis. [AFP/Jean Francois Monier]
Sebuah botol vaksin Pfizer untuk Covid-19 di sebuah rumah sakit di Le Mans, Prancis. [AFP/Jean Francois Monier]

"Vaksin yang pertama ada tutupnya berwarna ungu dan yang sekarang ada oranye di vialnya. Nanti akan diberi label bahwa itu hanya untuk anak-anak. Dosis dewasa tidak boleh digunakan untuk anak-anak," kata Walter kepada CNN.

Walter mengatakan kemungkinan anak akan mengalami beberapa gejala, seperti demam dan tidak enak badan, pada hari sehari setelah divaksinasi.

"Hal-hal itu dapat diatasi secara mudah dengan ibuprofen," ujarnya.

Tetapi, ada satu masalah yang belum diketahui apakah akan terjadi pada anak-anak, yakni risiko peradangan otot jantung (miokarditis) dan peradangan di sekitar jantung (perikarditis). Dua risiko ini terkadang dialami orang dewasa muda.

Baca Juga: Percepat Herd Immunity di Indonesia, BRI Sediakan 1.500 Dosis Vaksin Covid-19

Para peneliti tidak tahu apakah anak-anak juga berisiko terkena kondisi ini, tetapi mereka tetap waspada untuk melacak respons apa pun yang mungkin menjadi tanda peradangan jantung tersebut.

"Kalau ada anak yang mengeluh sakit, nyeri dada, atau sesak napas, keluarga langsung dipanggil dan anak dievaluasi," sambungnya.

Risiko miokarditis lebih sering terlihat pada pria muda berusia 16 hingga 30 tahun, dan biasanya terjadi setelah pemberian dosis vaksin kedua. Tingkat miokarditis pada kelompok tertentu adalah sekitar 40 kasus per satu juta dosis vaksin kedua yang diberikan.

"Aku pikir sangat penting untuk menyadari bahwa tidak semua miokarditis itu sama. Bahkan, miokarditis bisa berkembang setelah komplikasi Covid-19," imbuhnya.

Sementara itu, miokarditis yang terjadi setelah vaksin cenderung ringan dan biasanya sangat mudah diobati setelah diidentifikasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI