Suara.com - Infeksi daerah operasi alias IDO merupakan penyakit yang rentan menyerang pasien pascaoperasi. Apa saja fakto risikonya ya?
Menurut Dr. dr. Warsinggih, Sp.B-KBD, IDO terjadi karena kondisi pasien, faktor lingkungan operasi, dan faktor mikroorganisme.
Dari faktor kondisi pasien, IDO mungkin terjadi jika menderita hiperglikemia (tingginya kadar glukosa dalam darah), gizi buruk, obesitas, gangguan sirkulasi iskemia (kurangnya suplai oksigen ke organ atau jaringan), hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dan hipotermia (suhu tubuh yang rendah).
Pada pasien obesitas, dokter Warsinggih mengatakan risiko IDO dapat meningkat hingga 4 kali lipat. Hal ini karena peningkatan massa lemak dalam tubuh dapat menyebabkan lemahnya sistem imun sehingga rentan terhadap infeksi.
Baca Juga: Mengenal IDO, Ragam Infeksi yang Rentan Menyerang Pasien Usai Operasi
"Obesitas merupakan faktor risiko utama sejumlah penyakit yang dapat mempengaruhi keberhasilan operasi," kata dokter Warsinggih.
Sedangkan faktor lingkungan operasi meliputi personel bedah dan operasi emergensi, sementara faktor mikroorganisme meliputi jenis bakteri resisten.
Di lingkungan ruang operasi, kata dokter Warsinggih, personel bedah sebaiknya diminimalisir untuk menurunkan kejadian IDO.
"Hal ini juga sudah diatur dalam Clinical Practice Guidelines (CPG) IDO bahwa maksimal di dalam ruangan kamar operasi hanya 10 personel dan diharapkan tidak ada orang yang mondar-mandir," ujarnya.
Mengenai rekomendasi yang disusun dalam CPG IDO, dokter Warsinggih mengatakan bahwa upaya penurunan kejadian IDO dapat dilakukan dari pra operasi, intra operasi, dan pasca operasi.
Baca Juga: 5 Artis Korea Lakukan Operasi Plastik, Blak-blakan Soal Bagian Tubuh yang Diubah
Saat pra operasi, kata dokter Warsinggih, CPG merekomendasikan untuk menjaga kebersihan daerah operasi dengan mandi menggunakan sabun 24 jam sebelum operasi. Jika diperlukan pencukuran, maka dilakukan di kamar operasi menggunakan clipper.
Untuk pemberian antibiotik, lanjut dia, dilakukan dengan indikasi yang tepat mengikuti pola kuman yang terjadi di rumah sakit, waktu yang tepat, dosis yang tepat, dan jalur yang tepat.
Kemudian, semua spesialis bedah yang terlibat dalam perawatan luka pasca operasi harus memahami dan melakukan pengawasan dalam proses penyembuhan luka termasuk pemilihan balutan pasca bedah.
Terkait perawatan luka pasca operasi, dokter Warsinggih menekankan pentingnya menjelaskan kepada pasien atau keluarganya untuk menjaga kondisi luka operasi agar tetap terjaga dengan baik. [ANTARA]