Dampak Toxic Positivity Orang Tua ke Anak: Penekanan Emosi saat Alami Pengalaman Buruk

Minggu, 31 Oktober 2021 | 12:30 WIB
Dampak Toxic Positivity Orang Tua ke Anak: Penekanan Emosi saat Alami Pengalaman Buruk
Ilustrasi Orang Tua Toxic. (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Toxic positivity merupakan perilaku yang mendorong atau menuntut orang lain atau diri sendiri agar selalu berpikir positif hingga menekan emosi negatif yang keluar. Perilaku toxic positivity dapat muncul di mana saja, termasuk lingkungan keluarga.

Perilaku toxic positivity dalam keluarga bisa ditandai dengan dorongan emosi 'bahagia' secara berlebihan oleh orang tua di semua bidang kehidupan anak.

Psikolog klinis Liane Lurie mengatakan bahwa toxic positivity pada dasarnya menghentikan hak anak-anak untuk merasakan apa pun selain kebahagiaan dan kegembiraan.

"Toxic positiviry pada dasarnya adalah keyakinan bahwa seseorang harus memberikan respon positif terhadap semua pengalaman, meski hal itu telah berdampak negatif," tutur Liane Lurie dari Parktown, Afrika Selatan.

Baca Juga: Tips Mengasuh Anak di Era Digital Agar Tidak Kecanduan Ponsel

Ilustrasi orang tua dan anak. (Pexels)
Ilustrasi orang tua dan anak. (Pexels)

Contoh kasusnya adalah ketika salah satu anak bercerita bahwa ia dikucilkan dan diintimidasi secara sosial di sekolah oleh teman-teman kelasnya.

"Alih-alih berempati dan memberikan ruang aman serta tidak menghakimi agar (anak) mengeksplorasi dampaknya, Anda menjawab bahwa itu tidak apa-apa dan sang anak akan mendapat teman baru yang lebih baik," sambungnya kepada News24.

Menurut Lurie, bahaya dari toxic positivity yang diterapkan ketika mengasuh anak adalah tidak melakukan apa pun untuk mendorong pengetahuan atau ketahanan emosional anak. Selanjutnya, itu akan menciptakan rasa malu untuk menunjukkan emosi apa pun ketika mengalami pengalaman buruk.

"Mungkin juga tidak memberi anak Anda ruang yang diperlukan untuk memproses sesuatu, yang mengarah pada risiko penekanan emosi dan akibatnya, menanganinya dengan cara yang 'merusak'," imbuhnya.

Baca Juga: 7 Potret Umi Pipik Mengasuh Anak Setelah 8 Tahun Ditinggal Uje

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI