Bisa Berbahaya, Kenali Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Luka Operasi

Kamis, 28 Oktober 2021 | 16:30 WIB
Bisa Berbahaya, Kenali Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Luka Operasi
Ilustrasi operasi. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Merawat luka operasi sangat penting dilakukan agar tidak terjadi infeksi. Selain itu, luka operasi yang dirawat dengan baik juga bisa mempercepat proses pemulihan sehingga pasien bisa segera beraktivitas normal. 

Dokter spesialis bedah Dr. dr. Warsinggih, Sp.B-KBD menyampaikan, luka operasi yang tidak dirawat dengan benar berisiko sebabkan infeksi daerah operasi atau IDO. Kondisi itu paling rentan terjadi pada 30 hari pertama setelah dilakukan operasi.

Infeksi itu terjadi akibat adanya mikroorganisme yang masuk ke tubuh lewat celah luka operasi. Di samping itu, ada faktor risiko lain yang menyebabkan mikroorganisme jadi mudah menginfeksi luka. 

"Terutama yang memiliki komorbid. Faktor kedua gizi buruk, ini biang keladi untuk terjadinya infeksi area operasi. Karena gizi yang buruk mengganggu proses penyembuhan dan memudahkan terjadi infeksi akibat masuknya mikroorganisme," jelas dokter Warsinggih dalam webinar virtual, Kamis (28/10/2021).

Baca Juga: Akibat Sering Membersihkan Pakai Cotton Bud, Telinga Kiri Pria Ini Tuli Sementara

Faktor risiko lainnya, jika pasien kelebihan berat badan obesitas. Dokter Singgih menyebutkan, risiko IDO bisa sampai 4 kali lipat pada orang yang obesitas.

"Apalagi kalau operasi abdomen, yang open sifatnya. Karena tebal kulit itu peluang untuk infeksi lebih besar karena peningkatan massa lemak yang mengakibatkan lemahnya sistem imun. Sehingga pasien rentan terhadap infeksi," jelasnya.

Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia (IKABI) mencatat bahwa kasus IDO masih jadi masalah serius juga tantangan bagi para dokter spesialis bedah di negara berkembang. Jumlah kasus IDO di negara berkembang ada sebanyak 8-30 persen dari semua pasien yang menjalani prosedur bedah.

“Insiden IDO di Indonesia bervariasi antara 2-18 persen di tahun 2011. Laporan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2013 menyebutkan insiden IDO pada bedah abdomen sebesar 7,2 persen dan tahun 2020 dilaporkan 3,4 persen," kata Ketua IKABI Profesor Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS(K).

Menurut Profesor Andi, data pelaporan insiden IDO di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Terlebih, insiden IDO menyebabkan kematian 3 kali lipat lebih tinggi dan beban biaya yang lebih besar karena durasi rawat inap yang lama. Sehingga diperlukan intervensi medis tambahan seperti operasi ulang.

Baca Juga: Tiga Dosis Vaksin Covid-19 Diklaim Bisa Kurangi Risiko Kematian Akibat Penyakit Non-Covid

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI