Suara.com - Tercatat bahwa prevalensi depresi tertinggi terjadi pada wanita paruh baya. Selain itu, depresi juga lebih banyak dialami wanita daripada pria.
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa gangguan penglihatan di usia paruh baya bisa meningkatkan risiko gejala depresi di usia yang lebih tua.
Studi baru yang menganalisis data dari Study of Women's Health Across the Nation (SWAN) ini berusaha menilai hubungan longitudinal antara gangguan penglihatan dengan gejala depresi pada wanita paruh baya.
Meski ada peningkatan nyata dalam prevalensi depresi dan gangguan mata di usia paruh baya, pengetahuan mengenai efek penglihatan pada gejala depresi di usia paruh baya masih terbatas, lapor Medical Xpress.
Baca Juga: Bagi Penderita Diabetes, Semakin Tinggi Kadar Gula Berpotensi Picu Masalah Mata
Namun, ada literatur yang menunjukkan bahwa gangguan penglihatan berkaitan dengan risiko depresi yang tinggi pada kelompok orang tersebut.
Gangguan penglihatan yang dimaksud adalah masalah mata umum, seperti kelainan refraksi dan katarak. Tetapi masalah mata yang lebih serius juga termasuk, seperti glaukoma, retinopati diabetik, retinopati hipertensi, dan degenerasi makula.
Peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan longitudinal yang signifikan dari gangguan penglihatan ringan, sedang, hingga berat dengan gejala depresi di masa yang akan datang.
Selain itu, peneliti juga mencatat bahwa depresi pada masa paruh baya memiliki konsekuensi luas, tidak hanya membuat kesehatan memburuk, tetapi juga mencegah penuaan yang sehat.
Karenanya, identifikasi dini dan pemeriksaan yang tepat waktu untuk masalah gangguan mata merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan mental serta fisik pada wanita paruh baya.
Baca Juga: Diabetes saat Hamil Tingkatkan Risiko Masalah Mata Anak
Hadil studi ini dipublikasikan dalam artikel 'Longitudinal association of midlife vision impairment and depressive symptoms: The Study of Women's Health Across the Nation, Michigan site'.