Hasil dari regresi bahaya proporsional Cox bertingkat menunjukkan bahwa menjadi wanita dan usia ibu yang lebih tua saat lahir berkaitan dengan peningkatan risiko multiple sclerosis.
Anak-anak yang lahir setelah anak pertama memiliki risiko multiple sclerosis lebih rendah dibandingkan anak sulung. Sedangkan, usia ayah ketika lahir berkaitan dengan peningkatan risiko multiple sclerosis.
Mononukleosis termasuk penyakit menular pada anak-anak, terutama remaja yang berisiko tinggi. Bahkan, risiko multiple sclerosis tetap meningkat signifikan setelah mengendalikan faktor keluarga.
Mononukleosis yang menular di awal masa dewasa juga berkaitan dengan risiko multiple sclerosis. Tetapi, risiko itu menurun dan tidak signifikan setelah para peneliti mengendalikan faktor keluarga.
"Temuan ini menunjukkan bahwa kebiasaan berciuman di masa remaja berkaitan dengan risiko multiple sclerosis, terlepas dari faktor keluarga," kata peneliti dikutip dari Fox News.
Para peneliti juga menemukan bahwa risiko seseorang mengembangkan multiple sclerosis menurun ketika seseorang semakin tua. Mononukleosis pada anak remaja juga dikaitkan dengan peningkatakan risiko multiple sclerosis di masa mendatang, terlepas mereka memiliki faktor risiko riwayat keluarga yang menderita penyakit serupa atau tidak.
Mononukleosis adalah penyakit menular yang paling sering menyebar melalui cairan tubuh, termasuk air liur. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah penyebab paling umum dari mononukleosis menular, tetapi virus lain juga bisa menyebabkan penyakit tersebut.
Multiple sclerosis adalah penyakit sistem saraf pusat yang tidak bisa diprediksi, mulai dari yang relatif jinak hingga menghancurkan. Apalagi, sekarang ini belum ada obat untuk multiple sclerosis, meskipun beberapa obat telah mendapat persetujuan Food and Drug Administration AS.
Baca Juga: Peneliti: Kehilangan Ingatan Bisa Jadi Efek Samping Virus Corona Covid-19