Otak Diserang Antibodi Jahat, Dua Remaja Alami Gangguan Jiwa saat Terinfeksi Covid-19

Selasa, 26 Oktober 2021 | 19:03 WIB
Otak Diserang Antibodi Jahat, Dua Remaja Alami Gangguan Jiwa saat Terinfeksi Covid-19
Ilustrasi antibodi jahat menyerang otak. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peristiwa mengerikan dialami dua remaja San Francisco yang mengalami gangguan jiwa seperti paranoia, delusi, dan pikiran untuk bunuh diri selama terinfeksi Covid-19 gejala ringan.

Hal ini membuat para ilmuwan menduga jika antibodi jahat atau rogue antibodies keliru, bukannya menyerang virus corona namun malah menyerang otak remaja tersebut.

Fenomena antibodi jahat ini ditemukan peneliti setelah dua remaja tersebut diperiksa di rumah sakit anak Benioff University of California, San Francisco (UCSF) setelah tertular Covid-19 pada 2020 lalu.

Menurut laporan yang diterbitkan pada Senin (25/10/2021) di Jurnal JAMA Neurology, terungkap jika antibodi jahat itu ditemukan pada cairan serebrospinal atau CSF milik pasien.

Baca Juga: Tambah 83 Pasien, Kasus Covid-19 di Jakarta Capai 860.633 Orang

CSF ini merupakan cairan bening yang mengalir di dalam dan di sekitar ruang berongga dari otak dan sumsum tulang belakang.

Meski antibodi itu menyerang jaringan otak, namun menurut peneliti terlalu dini untuk mengatakan antibodi jahat itulah penyebab gangguan kejiwaan pada remaja.

Ini karena banyak antibodi yang juga memiliki target yang sama seperti antibodi jahat tersebut, sebagaimana yang dijelaskan Dr. Samuel Pleasure, dokter sekaligus ilmuwan dan profesor neurologi di UCSF.

"Jadi kami menduga bahwa ini autoantibodi Covid-19," ujar Dr. Pleasure, mengutip Live Science, Selasa (26/10/2021).

Autoantibodi ini berarti antibodi yang menyerang sel yang sehat, alih-alih menyerang virus Covid-19 yang menginfeksi tubuh.

Baca Juga: Olahraga Sangat Bagus untuk Penderita Depresi, Studi Menunjukkan

Dua remaja ini akhirnya menerima terapi imunoglobulin intravena, terapi yang digunakan untuk mengatur ulang respon kekebalan tubuh pada orang dengan gangguan autoimun dan inflamasi.

Hasilnya, gejala kejiwaan remaja tersebut membaik bahkan sepenuhnya hilang. Ini karena adanya kemungkinan pasien akan membaik dengan sendirinya, bahkan tanpa pengobatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI