Mikroplastik Ditemukan di Galon Sekali Pakai, Adakah Risiko Kesehatannya?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 25 Oktober 2021 | 15:30 WIB
Mikroplastik Ditemukan di Galon Sekali Pakai, Adakah Risiko Kesehatannya?
Air minum isu ulang / air galon. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belum lama ini isu mikroplastik ramai dibicarakan masyarakat. Kabar itu naik setelah Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Indonesia dan Greenpeace Indonesia melansir hasilk risetnya yang mengatakan bahwa galon sekali pakai mengandung mikroplastik. 

Dalam riset tersebut,  Greenpeace Indonesia, mengatakan bahwa  galon sekali pakai sebagai ancaman bagi lingkungan. Meski demikian, sebenarnya paparan mikroplastik bisa terkandung dalam setiap produk plastik. 

Setidaknya ada 1.145 produsen air minum kemasan yang tersebar di seluruh Indonesia. Semuanya menyasar pasar dengan level konsumsi air kemasan 26,2 miliar liter per tahun 2016.

Dalam forum yang dihelat Greenpeace tersebut, peneliti sekaligus dosen di Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia (UI) Dr. rer. nat. Agustino Zulys, MSc memaparkan sifat khas polimer yang mudah luruh.

Baca Juga: Lihat Truk Mogok di Jalan Kehabisan Solar, Polisi Sigap Beli Satu Galon BBM, Salut!

Air minum isu ulang / air galon. (Shutterstock)
Air minum isu ulang / air galon. (Shutterstock)

“Mikroplastik sebagai sesuatu yang tak terhindarkan bagi manusia modern yang akrab dengan air minum dalam kemasan plastik,” katanya.

Sayangnya, dia tak menyebut secara rinci ihwal alasan di balik fokus riset, kecuali sebaris penjelasan belum pernah ada penelitian terkait mikroplastik pada air minum dalam wadah galon sekali pakai. Sejatinya, di level global, pembahasan soal keberadaan mikroplastik pada air minum kemasan mulai kencang terdengar lepas publikasi riset fenomenal sebuah universitas di Amerika Serikat.

Pada 2018 tepatnya, peneliti Departemen Kimia State University of New York at Fredonia mengungkap keberadaan mikroplastik pada 259 botol air minum kemasan dari 11 merek yang dijual di delapan negara.

Laporan cepat membahana di Indonesia kala itu. Pasalnya, riset itu menggunakan sampel air minum kemasan yang diambil dari Indonesia. Secara khusus, riset menyebut sampel dari Indonesia berasal berupa air dalam botol plastik merek Aqua, milik raksasa air minum dunia Danone, yang dibeli secara acak dari sejumlah tempat di Bali, Medan dan Jakarta, lalu diterbangkan ke Amerika untuk diteliti.

Laporan "Microplastic in Drinking-water" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, antara lain merujuk hasil riset Fredonia dan sekitar 50 riset sejenis lainnya di seluruh dunia, hadir untuk menjawab pertanyaan dan kecemasan global ihwal kemungkinan dampak mikroplastik dalam air minum pada kesehatan manusia.

Baca Juga: Maksud Hati Baik Bawa Air Segalon ke Curug, Wanita Ini Berakhir Minta Maaf, Lho Kenapa?

Hanya saja, menurut riset itu, belum ada penelitian yang konklusif ihwal efeknya pada kesehatan manusia dan sebab itu tak perlu jadi biang kecemasan.

Menurut Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan pada Badan Pengawas Obat dan Makanan, Rita Endang, penilaian WHO itu belum bergeser. Dia menyebut WHO belum merekomendasikan pemantauan rutin atas mikroplastik.

"Sampai saat ini, belum ada resiko kesehatan terkait mikroplastik," katanya.

Menurut Rita, Pada 2020, rapat bersama Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives jelas sekali menyampaikan adalah belum menjadi prioritas bagi mikroplastik untuk diadakan analisa. “Bahkan pada 2021, otoritas keamanan pangan tertinggi Eropa, European Food Safety Authority, juga menyampaikan hal yang sama, (pemantauan rutin) mikroplastik belum menjadi prioritas," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI