Suara.com - Pandemi virus corona telah meningkatkan masalah kesehatan mental secara signifikan, baik akibat pandemi itu sendiri atau karena Covid-19.
Berkaitan dengan ini, sebuah studi baru menunjukkan bahwa pengidap depresi setelah menderita Covid-19 merespons dengan baik terhadap obat antidepresan standar.
Sekitar 40% penderita Covid-19 melaporkan bahwa mereka mengalami depresi dalam waktu 6 bulan setelah terinfeksi. Peneliti yakin bahwa depresi ini disebabkan oleh peradangan akibat infeksi SARS-CoV-2.
Studi ini dipresentasikan pada Konferensi ECNP di Lisbon, dan telah diterima untuk terbit di jurnal peer-review European Neuropsychopharmacology.
Baca Juga: Jumlah Pasien Covid-19 di Bantul yang Sembuh Melonjak Hingga 97,09 persen
"Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang memiliki Covid memiliki peluang lebih baik untuk mengelola depresi mereka daripada yang kami duga," tutur peneliti utama Mario Mazza, MD, dari Universitas San Raffaele, Milano.
Para peneliti, dilansir News Medical Life Sciences, merawat 58 pasien penderita depresi pasca-Covid dengan obat SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors), seperti sertraline, paroxetine, fluvoxamine, dan citalopram.
Biasanya sekitar sepertiga pasien tidak merespons SSRI, tetapi peneliti di sini menemukan bahwa 91% dari mereka yang mengalami depresi pasca-Covid merespons pengobatan dalam empat minggu.
"Ini adalah studi percontohan, tetapi ini menunjukkan bahwa depresi pasca-COVID dapat diobati," sambung Dr. Mazza.
Seorang profesor dari University of Antwerp, Belgia, Dr Livia De Picker, MD, PhD., mengatakan bahwa penelitian ini sangat penting bagi sebagian besar pasien dan dokter yang saat ini berurusan dengan sindrom long Covid.
Baca Juga: Update 24 Oktober: Tambah 131 Pasien, Positif Covid-19 di Jakarta Capai 860.880 Orang