Saat Pandemi Usai, Apakah Telemedicine Bakal Kehilangan Peminat? Ini Kata Pakar

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 22 Oktober 2021 | 22:35 WIB
Saat Pandemi Usai, Apakah Telemedicine Bakal Kehilangan Peminat? Ini Kata Pakar
Telemedicine alias konsultasi dokter online [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penggunaan telemedicine alias konsultasi kesehatan jarak jauh semakin marak di tengah pandemi COVID-19. Pasien bisa mendapatkan pengobatan dari rumah tanpa perlu ke rumah sakit dengan hanya bertemu dokter secara virtual.

Muncul kekhawatiran industri kesehatan yang kini melayani telemedicine akan kehilangan peminat ketika pandemi COVID-19 usai dan berubah menjadi endemi. Apa kata pakar?

CEO & Co-Founder Halodoc, Jonathan Sudharta berpendapat, layanan kesehatan digital baik itu telemedicine maupun telehealth tak akan kehilangan perannya, jika pandemi COVID-19 menjadi endemi di masa mendatang.

“Tentunya kami tidak bisa memungkiri ketika masa endemi datang banyak hal yang tentu kita interaksi dengan dokter secara fisik jadi dimungkinkan. Tetapi bukan berarti peran telehealth menghilang,” kata Jonathan Sudharta, dikutip dari ANTARA.

Baca Juga: Telemedicine Bisa Jadi Kunci Indonesia Keluar dari Pandemi COVID-19

e-health, telemedicine, konsultasi online, konsultasi dokter online [shutterstock]
e-health, telemedicine, konsultasi online, konsultasi dokter online [shutterstock]

Bila saat endemi nantinya, menurut dia, layanan konsultasi dokter secara fisik kembali dimungkinkan, maka peran telehealth masih dibutuhkan salah satunya dalam pencatatan medis seseorang.

Selain itu, era endemi juga membuka peluang hidup dengan kenormalan baru yang juga dimudahkan dengan adanya teknologi dan juga dukungan pemerintah yang mengadopsi teknologi kesehatan ini dengan baik.

Dia berpendapat, ketika memasuki endemi nantinya, Indonesia bisa melompat lebih tinggi baik dari sisi akses maupun efektivitas penggunaan data dan kesehatan untuk masyarakat.

Jonathan mengapresiasi langkah Kementerian Kesehatan saat ini melalui pembangunan tim transformasi digitalnya untuk memperbaiki infrastruktur kesehatannya secara fisik dan digital.

Kementerian Kesehatan saat ini melalui tim Digital Transformation Office berupaya melakukan digitalisasi kesehatan melalui sembilan aktivitas yang sedang dan akan berjalan, salah satunya digitalisasi dan integrasi layanan kesehatan melalui aplikasi sehingga terwujudnya efisiensi pelayanan pada tingkat puskesmas, klinik, rumah sakit, laboratorium dan apotek.

Baca Juga: Dampak Covid-19, Layanan Kesehatan Digital di Indonesia Berkembang Pesat

Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan, Setiaji mengatakan bahwa aplikasi rekam medis atau health record juga akan tersedia di Indonesia pada tahun depan. “Insya Allah tahun depan dengan kolaborasi diharapkan (Indonesia) punya aplikasi health record sehingga rekam medis tidak hanya dimiliki fasilitas kesehatan tetapi juga masing-masing individu,” kata dia.

Dengan hadirnya aplikasi rekam medis ini, maka pencatatan data kesehatan orang-orang di Indonesia sejak dalam kandungan hingga masa kritis tak lagi terpisah-pisah di fasilitas kesehatan seperti saat ini.

Selain itu, akan juga dilakukan perluasan implementasi telemedicine dari fasilitas kesehatan ke masyarakat dan implementasi sistem kesehatan nasional berbasis individu demi meningkatkan mutu kebijakan kesehatan berbasis data yang akurat, mutakhir dan lengkap.

Jadi, teknologi tak bisa dipungkiri memiliki peran dalam mewujudkan pandemi COVID-19 di Indonesia menjadi endemi baik dari sisi membantu menurunkan angka penularan melalui edukasi penerapan protokol kesehatan maupun meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19. Kedua hal itu menjadi komponen penting yang menyokong, serta bisa mengubah pandemi COVID-19 menjadi endemi di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI