Mengenal Kelainan Fungsi Saluran Kemih Bawah, Penyakit Apa Itu?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 22 Oktober 2021 | 15:47 WIB
Mengenal Kelainan Fungsi Saluran Kemih Bawah, Penyakit Apa Itu?
Seorang lelaki kencing di toilet. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit saluran kemih tidak hanya kencing batu ataupun infeksi saja. Dalam ilmu kedokteran urologi, ada penyakit yang disebut sebagai kelainan fungsi saluran kemih bagian bawah atau lower urinary tract symptoms/LUTS).

Simptom LUTS terdiri dari gejala fase pengisian, yaitu sering berkemih di siang dan malam hari, sulit menahan buang air kecil (BAK), serta mengompol; gejala fase berkemih, yaitu BAK mengejan, terputus-putus, tidak lampias, pancaran urin lemah dan gejala fase setelah berkemih adalah BAK menetes setelah berkemih.

Prevalensi LUTS pada laki-laki dan perempuan hampir sama serta meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

“Berdasarkan survei berbasis populasi di lima negara pada lebih dari 19.000 subjek, menunjukkan prevalensi LUTS yang hampir sama pada laki-laki dan perempuan, yaitu gejala fase pengisian (51,3% dan 59,2%), gejala fase berkemih (25,7% dan 19,5%) dan fase setelah berkemih (16,9% dan 14,2%),” ujar Prof. dr. Harrina Erlianti Rahardjo, dalam siaran pers yang diterima Suara.com.

Baca Juga: Karena Penasaran, Remaja 13 Tahun Memasukkan Jarum Jahit ke Lubang Saluran Kencing!

Ilustrasi menahan kencing. (Shutterstock)
Ilustrasi menahan kencing. (Shutterstock)

Penyebab LUTS bukan hanya disebabkan kelainan saluran kemih bagian bawah, tetapi dapat merupakan manifestasi gejala dari kelainan di organ tubuh lainnya.

LUTS berhubungan erat dengan faktor gaya hidup, penyakit sistemik dan penyakit pada usia lanjut. Merokok merupakan faktor risiko, sebaliknya aktivitas fisik rutin dapat mengurangi angka kejadian LUTS.

Selain itu, LUTS sering melibatkan organ selain saluran kemih bagian bawah seperti gangguan ginjal, hormonal, jantung dan pembuluh darah, gangguan tidur, masalah psikologis, dan asupan diet. LUTS juga terkait dengan fungsi seksual pada laki-laki dan perempuan.

Prof. dr. Harrina Erlianti Rahardjo memaparkan tentang hal itu pada saat penyampaian pidato pengukuhannya sebagai guru besar di Universitas Indonesia (UI), yang berjudul “Urologi Fungsional: Perspektif yang Lebih Luas dari Saluran Kemih dan Pendekatan Multidisiplin untuk Diagnosis serta Tata Laksana yang Komprehensif.”

Ia berpendapat bahwa bidang urologi fungsional telah dan akan terus berkembang di masa depan.

Baca Juga: Remaja Ini Masukkan Jarum Sepanjang 9 Cm ke Saluran Kemih karena Penasaran

“Pendekatannya memerlukan perspektif lebih luas dari saluran kemih dan melihat pasien secara menyeluruh, serta dibutuhkan kerja sama dengan berbagai bidang ilmu. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama multidisiplin bahkan transdisiplin dimulai dari proses diagnosis, tata laksana dan inovasi yang dapat meningkatkan pelayanan untuk masing-masing pasien,” ujarnya.

“Oleh karena disebabkan berbagai faktor, diagnosis, dan tata laksana LUTS dan kondisi lain di bidang urologi fungsional perlu dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Diagnosis dilakukan dengan wawancara pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk memperoleh strategi tata laksana yang tepat,” katanya menjelaskan.

Harrina memaparkan bahwa tata laksana lini pertama di bidang urologi fungsional selalu dimulai dengan modifikasi gaya hidup, terapi perilaku, dan terapi fisik. Apabila diperlukan, terapi obat atau tindakan operasi dapat dilakukan. Tata laksana memerlukan komunikasi dan kerja sama yang baik dengan sejawat dari disiplin ilmu terkait.

Beberapa tahun terakhir perkembangan maha data (big data), otomatisasi, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) berkembang pesat termasuk di bidang urologi fungsional. Hal tersebut memerlukan kerja sama dengan bidang ilmu lain di kedokteran dan di luar kedokteran.

Beberapa sistem kecerdasan buatan telah diterapkan dan akan terus berkembang di bidang urologi fungsional baik untuk diagnosis, terapi pembedahan, dan penemuan alat baru. Kombinasi maha data dengan kecerdasan buatan dapat diterapkan dalam proses deteksi dini, diagnosis, memperkirakan keberhasilan terapi, operasi menggunakan robot, penilaian efektivitas biaya, dan penelitian.

Pengukuhan Harrina menjadi guru besar tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) menambah jumlah profesor/ahli FKUI di bidang urologi yang memiliki keahlian khusus di bidang urologi wanita, gangguan berkemih, urodinamik, serta gangguan seksual wanita. Ia bersama empat guru besar lainnya dikukuhkan oleh Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., yang berlangsung pada Sabtu (16/10).

Harrina menyelesaikan studi jenjang sarjana (2000) dan program spesialis (2006) di FKUI. Kemudian pada tahun 2009, ia meraih gelar Doctor of Philosophy dari Hannover Medical School, Hannover, Jerman. Ia cukup aktif sebagai pembicara dalam berbagai pertemuan ilmiah tingkat nasional dan internasional. Pada tahun 2020, ia menerima penghargaan sebagai Best Presentation in Female Clinical Category at 22nd Congress of the European Society of Sexual Medicine (ESSM), Praha, Cekoslowakia (co-author).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI