Sempat Dianggap Monopoli Vaksin COVID-19, Amerika Ternyata Sumbangkan 200 Juta Dosis

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 21 Oktober 2021 | 18:36 WIB
Sempat Dianggap Monopoli Vaksin COVID-19, Amerika Ternyata Sumbangkan 200 Juta Dosis
Ilustrasi Vaksin Covid-19. (Dok. Setneg)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Amerika Serikat mendapat kritikan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akibat dugaan monopoli vaksin COVID-19.

Namun berdasarkan keterangan terbaru dari Gedung Putih, Amerika Serikat telah menyumbangkan 200 juta dosis ke lebih dari 100 negara.

Presiden Joe Biden menuai kritikan dari sejumlah pemimpin dunia yang lain karena memberikan vaksin booster (penguat) di Amerika Serikat pada saat banyak orang di seluruh dunia belum mendapatkan dosis pertama vaksin.

Dalam beberapa pekan belakangan ini, AS menambah sumbangan vaksin mereka. Biden pekan lalu mengatakan kepada Presiden Kenya Uhuru Kenyatta bahwa AS akan menyumbang satu kali vaksin COVID-19 buatan Johnson & Johnson ke Uni Afrika.

Baca Juga: 80 Persen ASN di Lhokseumawe Telah Divaksin Covid-19

Petugas medis memeriksakan kesehatan siswa sekolah dasar sebelum mendapatkan vaksinasi Covid-19 Pfizer di SDN Karawaci 5, Kota Tangerang, Banten. Senin 18/10. ( Suara.com/ Hilal Rauda Fiqry)
Petugas medis memeriksakan kesehatan siswa sekolah dasar sebelum mendapatkan vaksinasi Covid-19 Pfizer di SDN Karawaci 5, Kota Tangerang, Banten. Senin 18/10. ( Suara.com/ Hilal Rauda Fiqry)

"Hingga saat ini Amerika Serikat berhasil menyumbangkan dan mendistribusikan 200 juta dosis vaksin COVID-19 ke 100 lebih negara di seluruh dunia," kata Gedung Putih lewat pernyataan yang menandai tonggak sejarah.

Dalam pernyataan itu, tertulis pula bahwa AS dan program berbagi vaksin global COVAX akan menindaklanjuti komitmen untuk mendonasikan lebih dari satu miliar dosis vaksin tahun depan ke negara-negara yang membutuhkan.

"Vaksin -vaksin ini akan membantu menyelamatkan nyawa, melindungi mata pencaharian, dan menyembuhkan ekonomi yang saat ini lumpuh akibat pandemi," kata Gedung Putih. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI