Studi: Strategi Marketing dapat Mengatasi Keraguan Masyarakat Terhadap Vaksinasi Covid-19

Rabu, 20 Oktober 2021 | 15:00 WIB
Studi: Strategi Marketing dapat Mengatasi Keraguan Masyarakat Terhadap Vaksinasi Covid-19
Ilustrasi Vaksin Covid-19. (Pexels// Artem Podrez)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Program vaksinasi Covid-19 di seluruh negara masih terus dilakukan dengan tujuan mencegah serta melindungi masyarakat dari penularan Covid-19. Meski demikian, harus diakui bahwa masih banyak masyarakat yang ragu dan skeptis terhadap vaksinasi.

Seruan tentang "We are all in this together" menjadi seruan yang banyak digaungkan selama pandemi Covid-19 di Amerika Serikat, demi memenuhi kuota populasi yang mendapatkan vaksinasi secara lengkap.

Melansir dari Medical Express, penelitian baru dari Universitas Notre Dame menunjukkan, para ahli dari berbagai bidang perlu bekerja sama untuk mengatasi krisis kesehatan masyarakat, salah satunya lewat bentuk strategi marketing progam vaksinasi.

Hasil studi "Strategi Segmentasi Pasar Dapat Digunakan untuk Mengatasi Keraguan Vaksin COVID-19 dan Krisis Kesehatan Lainnya" akan terbit dalam Journal of Consumer Affairs, yang merupakan hasil penelitian dari Mitchell Olsen, asisten profesor pemasaran di Mendoza College of Business Notre Dame, bersama dengan Matthew Meng dari Utah State Universitas.

Baca Juga: Viral Iklan Jangan Vaksin Malah Banjir Pujian, Ternyata Gara-Gara Ini

Setelah dilakukannya program vaksinasi pada awal 2021, beberapa pejabat kesehatan masyarakat dan politisi percaya, bahwa kekebalan kelompok alias herd immunity dapat dicapai di seluruh AS pada tanggal empat Juli.

Meski tingkat vaksinasi awal sebagian tercapai, namun sempat mengalami penurunan di musim panas, di mana 30 persen orang dewasa AS masih belum sepenuhnya divaksinasi.

Selain itu, para peneliti melakukan survei nasional tentang ketidaksepakatan vaksin, di mana survei ini menyorot bagaimana proses segmentasi pasar dapat bermanfaat.

“Survei kami mengungkapkan perbedaan pada empat kelompok, mulai dari sifat dan manfaat vaksin Covid-19, di samping mereka yang masih enggan terhadap program vaksinasi,” ungkap Olsen.

“Kami kemudian mendiskusikan bagaimana organisasi CDC dapat memasukkan para ahli strategi pemasaran dan psikolog konsumen, demi menanggulangi krisis kesehatan di masa depan,” lanjut Olsen.

Baca Juga: Tinjau Vaksinasi Door to Door di Tarakan, Jokowi: Percepat Capaian Vaksinasi Nasional

Pada bulan Mei lalu, tim melakukan survei perwakilan nasional terhadap 1.068 orang dewasa di AS yang tidak divaksinasi secara lengkap. Semua peserta menunjukkan, mereka memiliki 16 alasan berbeda dalam keputusan mereka yang tidak divaksinasi sepenuhnya. Di samping itu, sebagian menunjukkan adanya alasan kuat untuk mendorong mereka demi mendapatkan vaksinasi secara lengkap.

Hasil studi dibuat menjadi profil demografis, di mana responden dikategorikan ke dalam salah satu dari empat segmen — yaitu menolak divaksinasi, ragu divaksinasi, menolak sebagian atau ragu sebagian. Segmentasi didasarkan pada apakah responden benar-benar tidak divaksinasi atau divaksinasi sebagian, dan apakah mereka menunjukkan bahwa mereka pasti tidak akan atau mungkin tidak menerima vaksin Covid-19 atau dosis kedua, jika berlaku.

"Tampaknya sebagian besar narasi publik telah memperlakukan mereka yang tidak berniat untuk memvaksinasi diri mereka sendiri sebagai kelompok homogen yang harus didekati dengan satu 'solusi'. Namun jelas, pendekatan seperti itu tidak akan berhasil," kata Olsen.

Pemasar telah lama menyadari bahwa konsumen akan mengevaluasi produk yang sama secara berbeda. Mereka meningkatkan penerimaan produk mereka dengan mengenali perbedaan-perbedaan ini dan menyesuaikan bauran pemasaran dengan cara yang lebih sesuai dengan segmen populasi tertentu.

Meski masyarakat sebagian masih ragu terhadap vaksinasi, pendekatan berdasarkan segmentasi pasar dapat membuat kampanye vaksinasi lebih efektif, dengan meningkatkan sumber, isi, dan penempatan pesan.

Di sisi lain, yang membuat masyarakat ragu akan vaksinasi adalah, sering kali pendekatannya melibatkan pejabat pemerintah yang meminta mereka untuk segera vaksinasi.

“Survei nasional kami menunjukkan, pendekatan ini sebenarnya kontraproduktif. Karena bagi sebagian orang, alasan utama di balik tidak mendapatkan vaksin adalah kurangnya kepercayaan pada pemerintah,” ungkap Oslen.

“Semakin banyak kelompok tertentu mendengar pejabat pemerintah mempromosikan vaksinasi, semakin kecil kemungkinan mereka untuk melakukannya,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI