Suara.com - Sebuah uji klinis menemukan bahwa pengobatan obat imunomodulator interferon beta-1a ditambah remdesivir tidak begitu efektif mengobati pasien Covid-19 daripada pengobatan hanya dengan remdesivir saja.
Selain itu, interferon beta-1a juga menyebabkan lebih banyak efek samping dan hasil buruk pada pasien Covid-19 yang membutuhkan terapi oksigen aliran tinggi atau High Flow Oxygen Therapy (HFOT).
Obat imunomodulator interferon beta-a1 memiliki urutan asam amino yang sama dengan protein alami, yakni interferon beta. Ini termasuk dalam kelas protein yang dikenal sebagai interferon tipe 1.
Sel yang terinfeksi biasanya menghasilkan interferon tipe 1 untuk membantu sistem kekebalan melawan patogen. Interferon beta memiliki sifat antivirus dan anti-inflamasi.
Baca Juga: Kemenkes Ungkap Sejumlah Kendala Vaksinasi Covid-19 di Masyarakat Indonesia
Medical Xpress melaporkan studi ini disebut Adaptive COVID-19 Treatment Trial 3 (ACTT-3) dan terbit di jurnal The Lancet Respiratory Medicine.
Setelah melakukan uji klinis, studi menunjukkan waktu pemulihan pasien yang diberi pengobatan interferon beta-1a sekaligus remdesivir dengan pasien yang mendapat remdesivir saja hasilnya sama, yakni rata-rata lima hari.
Mengenai efek samping pengobatan interferon beta-a1 serta redesivir pada pasien yang membutuhkan terapi HFOT, peneliti berpsekulasi bahwa interferon mungkin meningkatkan respons inflamasi.
Hal itu dapat menyebabkan penyakit pernapasan menjadi lebih parah pada pasisen. Namun, peneliti mencatat hasil buruk ini dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dasar antara interferon dan kelompok kontrol.
Baca Juga: Belasan Siswa dan Guru Peserta PTM di Kota Bandung Positif COVID-19