Suara.com - Praktik sunat perempuan yang dikenal dengan istilah medis Pemotongan Pelukaan Genitalia Perempuan atau P2GP dipastikan tidak punya manfaat bagi kesehatan. Bahkan cenderung berbahaya yang salah satunya menyebabkan gangguan menstruasi hingga kematian.
Hal ini dibenarkan Spesialis Obgyn, dr. Muhammad Fadli berdasarkan hasil temuan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, yang menyatakan P2GP menyebabkan gangguan menstruasi.
Ini terjadi karena sunat perempuan menyebabkan infeksi pada organ genital atau alat kelamin.
"Dilihat dari WHO memang infeksi dari P2GP menganggu siklus menstruasi, tapi tidak begitu dominan karena jumlahnya yang sedikit," jelas dr. Fadli dalam konferensi pers penelitian Kalyanamitra, Jumat (15/10/2021).
Baca Juga: Nawal El Saadawi, Tokoh Feminis yang Berani dan Berbahaya Tutup Usia
Ini karena umumnya gangguan menstruasi mayoritas disebabkan hormon yang bermasalah. Tetapi infeksi yang disebabkan sunat perempuan juga penyebabkan gangguan menstruasi.
Infeksi pada sunat perempuan umumnya disebabkan oleh penggunaan alat yang tidak steril dan tidak ada standar khusus. Beberapa alat yang digunakan sunat perempuan sangatlah berisiko dari jarum suntik, silet, gunting kuku, bahkan hingga koin.
Lebih lanjut, kata dr. Fadli, dibandingkan gangguan menstruasi yang baru terjadi saat anak usia 13 tahun, paling sering terjadi akibat sunat perempuan adalah pendarahan yang bisa menyebabkan meninggal dunia.
"Gangguan menstruasi tidak begitu dominan, yang dominan itu bisa pendarahan infeksi bahkan bisa meninggal," tutur dr. Fadli.
Perlu diketahui juga praktik sunat perempuan tidak ada dalam aturan kedokteran manapun di dunia, karena tidak dipelajari, tidak perlu dan berbahaya.
Baca Juga: Menstruasi Tak Lancar? Coba Konsumsi Lima Asupan Alami Berikut
Akibat yang tidak dipelajari, maka praktik sunat perempuan ini tidak ada satupun yang memiliki izin di dunia medis, sehingga tidak ada satupun orang yang bisa bertanggungjawab atau berkompetensi.
"Masa iya kita mau pergi naik pesawat, pilotnya tidak punya sim izin terbang. Masa iya, relakan anak kita untuk dilakukan sunat," pungkas dr. Fadli.