Suara.com - Tanggal 15 Oktober diperingati sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. Sebelum terjadi pandemi Covid-19, kebiasaan cuci tangan itu telah dikampanyekan di seluruh dunia karena dianggap juga bisa mengurangi risiko berbagai infeksi akibat bakteri, kuman, dan virus yang menempel di tangan.
Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat kalau masih banyak keluarga di berbagai negara belum memiliki fasilitas cuci tangan yang layak.
Padahal, jika masyarakat dunia bisa menyumbang kurang dari 1 dolar Amerika Serikat (setara Rp 14 ribu) per orang per tahun, untuk kebersihan tangan, menurut WHO, akan banyak keluarga di 46 negara kurang berkembang atau miskin bisa memiliki fasilitas cuci tangan yang layak pada 2030.
Hal itu akan memberikan perlindungan dasar terhadap penyakit, mencegah wabah di masa depan, dan mencegah ratusan ribu kematian.
Baca Juga: Ratusan Warga Baduy Divaksin Covid-19, Termasuk Dua Warga Baduy Dalam
NS Laporan State of The World's Hand Hygiene 2021 yang baru diluncurkan hari ini pada Hari Cuci Tangan Sedunia oleh WHO dan UNICEF, menyoroti bahwa biaya tahunan pemerintah di negara kurang berkembanguntuk mempromosikan cuci tangan dengan sabun di rumah hanya mencapai 2,5 persen dari rata-rata pengeluaran kesehatan.
Kebersihan tangan menjadi salah satu garis pertahanan pertama melawan penyebaran penyakit menular. Akan tetapi, hal itu juga belum terjangkau oleh miliaran orang kekurangan fasilitas kebersihan tangan di rumah, sekolah, atau fasilitas perawatan kesehatan.
Secara global, 3 dari 10 orang, atau 2,3 miliar, kekurangan fasilitas cuci tangan dengan air dan sabun di rumah. Sebanyak 818 juta anak tidak memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air di sekolah selama 2020.
Juga 1 dari 3 petugas kesehatan di fasilitas kesehatan kekurangan fasilitas kebersihan tangan di tempat mereka memberikan perawatan. Kondisi itu tentu menempatkan mereka semua pada risiko penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Hampir 2 miliar orang bergantung pada fasilitas kesehatan yang bahkan tidak memiliki layanan air dasar.
“Banyak dari mereka yang harus melewati pandemi ini tanpa fasilitas cuci tangan dasar juga berada di tempat-tempat yang telah berjuang dengan akses yang lebih rendah dan lebih lambat ke vaksin, terapi dan sumber daya pengujian, belum lagi memerangi infeksi lain yang dapat dicegah. Beban jadi tiga kali lipat,” kata Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan di WHO Dr Maria Neira, dikutip dari situs WHO.
Baca Juga: Rencana Pemberian Dosis Booster Vaksin Johnson & Johnson Tidak Disetujui Oleh BPOM AS
Diakui Maria, mencapai tujuan akses secara global terhadap kebersihan tangan akan membutuhkan perubahan yang dramatis. Kecepatan rata-rata kemajuan saat ini harus empat kali lipat untuk memastikan semua rumah di dunia memiliki akses cuci tangan pakai sabun di rumah.
Hal yang sama berlaku untuk akses ke layanan kebersihan tangan di sekolah pada 2030, yang juga akan membutuhkan setidaknya peningkatan empat kali lipat dalam tingkat kemajuan rata-rata. Bahkan percepatan harus lebih besar di beberapa daerah.
Jika tingkat kemajuan tidak dipercepat, WHO memperkirakan pada 2030 dunia hanya akan mencapai 78 persen cakupan layanan kebersihan dasar. Sedangkan 1,9 miliar orang di dunia masih tidak memiliki fasilitas untuk mencuci tangan di rumah.