Suara.com - Sebagian besar ibu mengalami tingkat kecemasan tertentu saat hamil, melahirkan, dan juga menjadi ibu.
Menurut sebuah studi baru, ibu dengan peningkatan tingkat kecemasan lebih fisiologis terhubung dengan bayi mereka.
Di sisi lain, respons stres ibu yang tidak terlalu cemas kurang terhubung dengan bayinya.
Temuan penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa gejala kecemasan dapat mempengaruhi bagaimana orang tua dan anak-anak mengatur stres mereka. Ini juga dapat memiliki implikasi penting pada perkembangan psikologis anak.
Ikatan antara psikologi ibu dan anak dijelaskan dalam studi baru. Sebagai bagian dari penelitian, 68 ibu yang memiliki bayi berusia 12 bulan mengenakan mikrofon, elektrokardiogram, dan kamera video yang ditempatkan di sekitar rumah mereka.
Baca Juga: Anies Beri Nama Bayi Cucu Pemilik Warteg di Jaktim, Namanya Permata Annisa Nusantara
Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengamati ibu dalam pengaturan alami. Perangkat yang dapat dipakai dengan demikian merekam detak jantung peserta, tingkat aktivitas fisik, variabilitas detak jantung, dan vokalisasi.
Penulis studi Celia Smith mengatakan, mereka memastikan untuk melihat ibu dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi dan budaya.
Mereka menemukan bahwa tingkat kecemasan ibu yang lebih tinggi dikaitkan dengan sinkronisasi fisiologis yang lebih tinggi. Dengan kata sederhana, itu berarti tingkat gairah ibu yang cemas akan sesuai dengan tingkat gairah bayi mereka.
Baik ibu yang cemas dan tidak cemas menunjukkan reaktivitas fisiologis sebagai respons terhadap perubahan besar-besaran dalam gairah bayi. Di sisi lain, ibu yang cemas juga menunjukkan reaktivitas terhadap perubahan gairah skala kecil pada bayi mereka.
Temuan ini menyoroti hubungan antara kecemasan orangtua dan regulasi stres orangtua-bayi. Mereka juga memberikan dasar untuk penyelidikan di masa depan tentang bagaimana orang tua dapat mengelola gejala kecemasan mereka dengan baik.
Baca Juga: TOP 5 Viral: Kuli Bangunan Bawa Bayi saat Kerja, 'Kamu yang Jajan, Aku yang Panik'
Smith menyimpulkan dengan mengatakan bahwa mereka perlu melakukan penelitian dengan lebih banyak keluarga sebelum membuat klaim atau rekomendasi.
"Di masa depan, kami ingin memasukkan orang tua dari jenis kelamin yang lebih beragam atau dengan penyakit mental yang parah dalam penelitian kami. Kami ingin mencari cara terbaik untuk mendukung orang tua dengan kecemasan dalam periode perinatal mereka," katanya.
Studi tersebut dengan jelas menyatakan bahwa ketika ibu stres dan tidak mampu mengendalikan emosi mereka, tingkat stres bayi mereka juga naik. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk mencari bantuan jika mereka merasa terlalu stres secara emosional.