Kemen PPPA Ungkap Tontonan Dewasa Bagi Tumbuh Kembang Anak

Kamis, 14 Oktober 2021 | 09:13 WIB
Kemen PPPA Ungkap Tontonan Dewasa Bagi Tumbuh Kembang Anak
Ilustrasi anak sedang menonton TV (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak semua konten dan tontonan yang ada di internet dan televisi memiliki manfaat untuk tumbuh kembang anak. Tontonan dewasa contohnya, bisa membuat anak terpapar perilaku buruk seperti kekerasan dan pornografi.

Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak, Kementerian PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Nahar mengatakan, tontonan dewasa juga memengaruhi kesehatan mental anak.

“Dan ini akan memengaruhi kesehatan mental anak, dan itu harus dipastikan karena anak akan mengalami kecemasan dan rasa takut,” ungkapnya dalam acara Film Anak dan Kualitas Literasi Tontonan Kaum Milenial, Rabu (13/10/2021).

Ia memberikan contoh kasus anak yang terinspirasi dari film kekerasan dan tontonan dewasa. Mulai dari Kasus ABG Bunuh Bocah Yang Terinspirasi Dari Film, Aksi Dua Bocah Berciuman Meniru Adegan Sinetron, serta Bocah SD Meninggal Akibat Dikeroyok.

Baca Juga: Bantah Perang Hastag Pecuma Lapor Polisi, Polri: Kita Jawab dengan Tupoksi

Ilustrasi anak menonton tv (pixabay)
Ilustrasi anak menonton tv (pixabay)

Pada kasus pertama, ini terjadi ketika pelaku membunuh bocah berusia 6 tahun di Sawah Besar, di mana pelaku berinisial NF (15) melakukan tindakan sadisnya yang terinspirasi dari film Chucky dan Slender Man.

Selanjutnya, kasus kedua terjadi ketika bocah melakukan aksi ciuman akibat dari tayangan sinetron Anak Jalanan. Parahnya, aksi dua bocah ini beradegan ciuman dengan mengunggah foto-foto tersebut di media sosialnya.

Terakhir, kasus akibat film kekerasan juga terjadi pada bocah SD yang mengalami pengroyokan oleh lima temannya. Di mana korbannya berasal dari Yayasan Islam Zaidar Yahya kelas 1 SD, berinisial Has.

"Tentunya ini menjadi catatan kita semua, dan kita tidak mengharapkan anak kita menjadi korban. Karena itu, semua kebijakan yang terkait informasi layak anak, ini dapat mendorong pemberdayaan khusus bagi anak dan remaja," ungkap Nahar lebih lanjut.

Agar tidak terjadinya kekerasan yang dilakukan anak lewat film yang ditonton, peran lembaga sensor sangatlah penting agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi.

Baca Juga: 6 Anak Artis Mirip Orang Korea, Mempesona Meski Masih Kecil

“Peran lembaga sensor ini, kami berharap bahwa film yang ditayangkan dapat mendukung pemenuhan hak anak serta mencegah pelanggaran hak anak,” ungkap Nahar.

Peran orangtua juga diharapkan agar anak dapat menonton tayangan yang berdampak positif. Sehingga anak dapat menonton tayangan yang bermanfaat dan berkualitas.

“Orangtua perlu memberikan arahan dalam memilih tontonan yang bermanfaat dan berkualitas, serta memilih tayangan yang sesuai dengan usia dan perkembangan mental anak,” pungkas Nahar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI