Suara.com - Masalah kesetaraan distribusi vaksin COVID-19 terus jadi sorotan, mengingat sejumlah negara kaya memiliki stok vaksin yang melimpah, sementara negara miskin kesulitan mendapatkan vaksin.
Menurut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, kesetaraan distribusi vaksin bisa terjadi asal ada kemauan politik dari negara-negara di dunia.
Pernyataan itu dia sampaikan ketika memimpin Pertemuan ke-6 COVAX AMC Engagement Group yang berlangsung secara virtual pada Selasa (12/10).
Menurut Retno, distribusi vaksin merupakan tantangan baru setelah pengadaan vaksin tidak lagi menjadi kendala dalam penanganan pandemi COVID-19, mengingat produksi vaksin global yang sekarang mencapai 1,5 miliar dosis per bulan.

“Kita harus waspada terhadap kebijakan yang dapat mempersulit upaya untuk kesetaraan vaksin. Jadi ini tetap harus terus kita waspadai walaupun tren terus menunjukkan hal yang positif,” kata Retno, dikutip dari ANTARA.
Untuk mendorong kesetaraan akses dan distribusi vaksin, Indonesia secara konsisten menyerukan perlunya pengakuan bersama terhadap semua jenis vaksin yang telah memperoleh izin penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Saya juga sampaikan bahwa saling mengakui sertifikasi vaksin dapat melengkapi upaya untuk menghindari diskriminasi vaksin,” tutur Retno.
Dalam pertemuan COVAX AMC, Menlu RI mencatat beberapa perkembangan positif, di antaranya angka kasus dan kematian global yang menurun serta hampir sepertiga penduduk dunia telah mendapat dosis vaksin lengkap.
Berdasarkan data COVAX, saat ini lebih dari 3,3 miliar orang di dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19.
Baca Juga: TERBARU Info Vaksin Bandung Oktober 2021
Mekanisme global yang dipimpin oleh WHO dan Aliansi Vaksin Gavi itu juga telah berhasil mengumpulkan dana senilai 9,8 miliar dolar AS (sekitar Rp139,4 triliun) untuk membantu menyediakan vaksin bagi penduduk dunia.