Sering Tanpa Gejala, Ini Faktor yang Berisiko Sebabkan Preeklampsia

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 12 Oktober 2021 | 17:50 WIB
Sering Tanpa Gejala, Ini Faktor yang Berisiko Sebabkan Preeklampsia
Ilustrasi gangguan kehamilan preeklampsia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Preeklampsia menjadi salah satu faktor risiko tingginya angka kematian anak dan ibu pada saat melahirkan.

Preeklampsia sendiri merupakan gangguan tekanan darah yang hanya terjadi pada kehamilan dan dapat menyebabkan komplikasi, termasuk kerusakan pada organ vital khususnya ginjal dan hati.

Sayangnya, tidak banyak masyarakat yang tahu, faktor yang bisa berkontribusi terhadap terjadinya preeklampsia.

Dikutip dari ANTARA, Dokter Spesialis Obsteri dan Ginekologi dr. Aditya Kusuma, Sp.OG mengatkaan bahwa salah satunya adalah kehamilan di bawah usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

Baca Juga: Sering Dianggap Remeh, Preeklampsia Jadi Sebab Kematian ke-3 Pada Ibu Hamil

Dia mengatakan beberapa faktor yang menyebabkan seorang ibu hamil berisiko mengalami preeklampsia adalah kehamilan pertama, memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat preeklampsia dalam keluarga, kehamilan di usia muda atau di bawah 20 tahun dan kehamilan usia tua atau di atas 35 tahu, kehamilan kembar, ibu dengan obesitas serta ibu yang memiliki penyakit ginjal atau hipertensi kronis.

Ilustrasi gangguan kehamilan preeklampsia. (Shutterstock)
Ilustrasi gangguan kehamilan preeklampsia. (Shutterstock)

"Kehamilan kembar itu resikonya juga tinggi, orang awam kan menginginkan kehamilan kembar tapi kalau di kedokteran ini double trouble. Kemudian ada beberapa penyekat penyerta pada ibu hamil kayak ginjal, hipertensi kronis juga lupus," ujar dr. Aditya.

Dokter lulusan Universitas Indonesia ini menyebut preeklampsia sebagai silent killer. Sebab menurutnya, banyak ibu hamil yang mengalami preeklampsia tidak memiliki gejala bahkan beberapa ibu hamil yang awalnya memiliki tekanan darahnya normal berubah menjadi sangat tinggi.

preeklampsia, lanjut dia, punya dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin, di antaranya adalah persalinan prematur, kematian janin, berat badan lahir rendah, solusio plasenta atau plasenta terlepas sebelum waktunya dan kejang atau eklampsia.

"Bayi-bayi yang prematur ini akan menimbulkan konsekuensi yang tinggi pada jangka panjang, anaknya kemungkinan akan obesitas di usia 30-40 tahun, ada resiko diabetes, kardiovaskular dan kalau anaknya wanita, dia akan ada resiko preeklampsia juga," kata dr. Aditya.

Baca Juga: Penting! Pencegahan Preeklampsia Wajib Dilakukan Sebelum Hamil

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI