Suara.com - Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental harusnya tak lagi tabu untuk diperbincangkan. Terlebih sejak terjadi wabah Covid-19, gangguan kecemasan turut menjadi bagian dari masalah kesehatan.
Menurut Psikolog klinis Widya Shintia Sari, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental memang telah lebih terbuka. Namun ia mengingatkan, jangan sampai masyarakat melakukan self diagnose atau diagnosa sendiri gangguan mental hanya dari pencarian internet.
"Self diagnose itu berbahaya apalagi kalau salah," kata Widya dalam webinar Hari Kesehatan Mental Dunia live on Clubhouse, Minggu (10/10/2021) kemarin.
Di sisi lain, diagnosa sendiri memang bisa menambah informasi mengenai gangguan mental yang dirasakan. Namun, untuk dapat penjelasan lebih akurat, Widya menyarankan agar tetap mendapatkan bantuan dari tenaga profesional baik dari psikolog maupun psikiater.
Baca Juga: Angka Kematian Penderita Gangguan Mental dan Cacat Intelektual Meningkat Selama Covid-19
Diakuinya, diagnosa belum tentu akan langsung ditegakkan dalam satu kali kunjungan. Ia menjelaskan bahwa butuh pemeriksaan dari beberapa ahli untuk memastikan gangguan mental yang terjadi.
"Tapi memang tidak langsung dapat diagnosis. Bahkan diagnosis baru bisa diberikan sampai beberapa pertemuan. Kalau mau diagnosis lebih akurat perlu multi approach, tidak hanya psikolog tapi juga dokter. Sehingga multi disiplin banget," jelasnya.
Ada banyak jenis gangguan mental, lanjutnya. Beberapa gangguan yang cukup banyak terjadi terutama selama masa pandemi Covid-19, menurut Widya, seperti gangguan mood, depresi, bipolar, gangguan kecemasan, dan gangguan terkait pengendali emosi, hingga psikotik.
"Kalau orang dewasa, awam banyak terkait emosi, mood, dan kecemasan. Kalau tentang mindfullnes yang awere sudah mulai banyak, cukup meningkatkan kesadaran untuk cari pertolongan, mencati tahu apa yang dirasakan, tidak hanya disimpan sendiri," kata Widya.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 dan Kesehatan Mental