Sarapan Lebih Awal Turunkan Risiko Diabetes Tipe 2, Ini Temuan Peneliti!

Sabtu, 09 Oktober 2021 | 07:00 WIB
Sarapan Lebih Awal Turunkan Risiko Diabetes Tipe 2, Ini Temuan Peneliti!
Ilustrasi diabetes. [Dok.pixabay/stevepb]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi baru menemukan orang yang bangun pagi tidak hanya tetap sehat, tetapi juga memiliki kadar gula darah yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain yang tidak bangun pagi dan tidak sarapan tepat waktu.

Studi ini dipresentasikan di ENDO 2021, konferensi virtual dari The Endocrine Society yang diadakan awal tahun 2021 ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa makan di pagi hari terkait dengan resistensi insulin yang lebih rendah dan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah.

Peneliti utama studi dari Northwestern University di Chicago mengungkapkan para peneliti mengamati bahwa orang yang mulai makan lebih awal memiliki resistensi insulin yang lebih rendah dan gula darah yang lebih rendah.

Guna menggambar pola antara waktu makan dan kadar gula darah serta insulin, tim peneliti menganalisis data yang berasal dari 10.575 orang dewasa Amerika dari survei nasional tentang kesehatan dan nutrisi.

Baca Juga: Gejala Baru Virus Corona Covid-19, dari Kulit Terkelupas hingga Mengerut!

Mereka menemukan bahwa puasa intermiten atau makan selama 10 jam atau kurang setiap hari berkaitan dengan resistensi insulin yang lebih tinggi.

Ilustrasi sarapan  (Daria Shevtsova dari Pexels).
Ilustrasi sarapan (Daria Shevtsova dari Pexels).

Singkatnya dilansir dari Times of India, orang yang berpuasa kurang responsif terhadap insulin dan resistensi ini menjadi faktor risiko untuk mengembangkan diabetes tipe-2.

Temuan penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya yang mengklaim puasa intermiten dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mengontrol kadar gula darah.

Sedangkan, orang yang makan sebelum pukul 08.30 pagi memiliki tingkat resistensi insulin yang lebih rendah, terlepas dari mereka melakukan puasa intermiten atau tidak.

Studi menunjukkan bahwa waktu makan lebih kuat terkait dengan ukuran metabolisme daripada durasi makan.

Baca Juga: Studi Baru, Vaksin Covid-19 Tingkatkan Kekebalan Penyintas hingga 30 Persen!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI