Suara.com - Saat makan pedas, setiap orang punya ekspresi dan respon yang berbeda. Hal itu bergantung pada tingkat ketahanan, dan juga seberapa pedas makanan yang ia makan.
Tapi, sebenarnya apa yang tejadi di dalam tubuh saat seorang mengonsumsi makanan pedas hingga bisa timbul reaksi yang demikian? Menjawab pertanyaan itu, Konsultan Gastroenterologis di The Wellington Hospital, Profesor Stuart Bloom mengatakan, makanan pedas yang seperti cabai ini memiliki bahan aktif capsaicin.
Menurutnya bahan inilah yang bisa mengiritasi pada tubuh. Mengutip Independent UK, Bloom mengatakan bahwa capsaicin memiliki efek pada stimulasi aliran darah di usus. Bahan ini akan meningkatkan produksi lendir dan juga diare.
Selain itu, Stuart Bloom menambahkan, mengonsumsi makanan pedas bisa meningkatkan risiko negatif lain. Mulai dari peningkatan gangguan pencernaan hingga perut terbakar.
Baca Juga: Pedagang Pasar Baru Senang, Harga Telur Turun, Cabai Merah Normal
“Jika Anda memiliki kondisi seperti gangguan pencernaan dan kolitis, ini akan memperburuk gejala jika mengonsumsi makanan pedas, sekaligus membuat Anda diare,” lanjutnya.
Selain itu, mengonsumsi makanan pedas dapat bereaksi secara fisik, salah satunya yaitu merasa kepanasan dan sedikit berkeringat di kulit.
“Ini dapat merangsang aliran darah, juga menyebabkan semacam reaksi refleks dan pori-pori membesar,” ungkap Bloom.
“Beberapa minyak dari makanan pedas sebenarnya punya efek pada aliran kulit, dan ini yang merespons Anda berkeringat,” kata Bloom.
Selain itu, Stuart Bloom menambahkan, ia menemukan sebuah penelitian tentang makanan pedas. Sebuah penelitian dari China Kadoorie Biobank 2014 menunjukkan, makanan pedas dikaitkan adanya penambahan berat badan. Meski demikian, penelitian ini mencatat tidak ada sebab dan akibatnya.
Baca Juga: Cabai Merah dan Ayam Ras Sumbang Inflasi di Sumatera Barat Selama September
Di samping itu, Bloom menyebutkan penelitian lain yang menunjukkan bahan aktif cabai capsaicin.
“Jadi ada sedikit bukti yang menunjukkan, bahwa makanan pedas dapat membantu mengatur nafsu makan dibanding menambah berat badan,” sebut Bloom dari penelitian.