5 Fakta Menarik Vaskin Zifivax yang Baru Disahkan BPOM

Kamis, 07 Oktober 2021 | 17:50 WIB
5 Fakta Menarik Vaskin Zifivax yang Baru Disahkan BPOM
Ilustrasi Vaksin Covid-19. (Pexels// Artem Podrez)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) baru saja menerbitkan izin penggunaan darurat atau EUA untuk vaksin Zifivax. Vaksin Zifivax jadi vaksin Covid-19 ke-10 yang digunakan di Indonesia dan diizinkan oleh BPOM RI.

Dalam penerbitan izin, BPOM bekerjasama dengan Tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan ITAGI.

"Dengan diterbitkannya EUA untuk Vaksin Zifivax ini, maka hingga saat ini BPOM telah memberikan persetujuan untuk 10 jenis vaksin Covid-19. Kami menyampaikan apresiasi kepada Tim Ahli Komite Nasional Penilai Vaksin Covid-19 dan ITAGI atas kerja samanya yang memungkinkan vaksin ini segera rilis ke masyarakat,” ujar Kepala BPOM RI, Penny K Lukito saat konferensi pers, Kamis (7/10/2021).

Buat lebih jelas, simak yuk fakta menarik vaksin Zifivax yang berhasil dirangkum suara.com sebagai berikut.

Baca Juga: Kabar Baik, Indonesia Peringkat Ke-5 Dunia Vaksinasi Covid-19 Terbanyak

1. Buatan perusahaan asal Beijing, China

Ilustrasi Vaksin Covid-19. (Pixabay)
Ilustrasi Vaksin Covid-19. (Pixabay)

Vaksin Zifivax adalah vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi  Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical yang berpusat di Beijing, China menggunakan platform rekombinan protein subunit.

Sedangkan untuk distribusi dan pengembangannya di Indonesia, bekerjasama Anhui Zhifei dengan perusahaan swasta nasional PT Jakarta Biopharmaceutical Industry atau PT JBio.

Rekombinan protein subunit adalah teknologi protein yang membuat sel berkembangbiak mengembangkan antibodi untuk melawan virus tertentu.

Vaksin ini juga menjalani uji klinis fase 3 di berbagai negara seperti Indonesia, China, Uzbekistan, Ekuador, dan Pakistan, dengan total subjek penelitian mencapai 28.500 orang.

Baca Juga: 70 Ribu Lebih Warga di Pekanbaru Menunggu Suntik Vaksin Dosis Kedua

2. Punya efikasi di atas 80 persen

Berdasarkan hasil uji klinis fase 1, 2, dan fase 3 didapatkan jika vaksin Zifivax berhasil memenuhi syarat aspek keamanan, imunogenisitas, dan efikasi.

Berdasarkan hasil studi interim peneliti mendapati vaksin Zifivax punya efikasi sebesar 81,71 persen, yang didapatkan setelah 7 hari setelah subjek mendapatkan vaksinasi lengkap.

Vaksin ini mampu merangsang antibodi maksimal setelah 14 hari vaksinasi lengkap, dengan kadar antibodi 102,5 atau meningkat 83,22 persen mampu melawan Covid-19.

3. Diberikan dalam 3 kali dosis suntikan

Berbeda dengan kebanyakan vaksinasi Covid-19 yang diberikan dalam 2 kali dosis suntikan, untuk vaksin Zifivax ini memelukan 3 kali dosis suntikan, dengan masing-masing dosis diberikan sebanyak 0,5 mililiter, yang artinya dosis lengkap didapatkan 1,5 mililiter.

Untuk vaksin Zifivax, masing-masing dosis diberikan dalam rentang waktu minimal satu bulan. Sehingga untuk mendapatkan vaksinasi lengkap butuh waktu selama tiga bulan lamanya.

Vaksin disuntikan di bagian otot lengan untuk orang berusia 18 tahun ke atas. Umumnya keluhan yang didapatkan setelah penyuntikan yaitu nyeri dibekas suntikan, dan untuk efek sistemiknya keluhan sakit kepala, demam, dan kelelahan setelah divaksinasi.

4. Penyimpanan cocok untuk suhu Indonesia

Sebagaimana vaksin pada umumnya, vaksin ini juga memerlukan kondisi khusus untuk penyimpanannya, yaitu pada suhu 2 hingga 8 derajat celcius. Menurut Penny, karakter penyimpanan ini tidak menyulitkan pemerintah dalam distribusi ke seluruh wilayah Indonesia.

"Jadi saya kira ini, dalam rentang yang cocok untuk negara tropis seperti di Indonesia," tutur Penny.

5. Uji klinis dilakukan di Jakarta dan Bandung

Dari total 28.500 subjek uji klinik fase 3, sebanyak 4.000 subjek uji berasal dari Indonesia yang tersebar di Jakarta dan Bandung.

Untuk uji klinis fase 3 di Jakarta bekerjasama dengan peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo atau RSCM Jakarta.

Sedangkan di Bandung berkerjasama dengan peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran atau FK UNPAD di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI