Bahaya, Menko PMK Sebut Dampak Stunting Bisa Turunkan Kualitas SDM di Masa Depan

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 07 Oktober 2021 | 16:27 WIB
Bahaya, Menko PMK Sebut Dampak Stunting Bisa Turunkan Kualitas SDM di Masa Depan
Ilustrasi stunting, tinggi badan anak. (Envato Elements)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bahaya stunting tidak hanya dirasakan oleh anak yang mengalami tumbuh kembang tidak maksimal.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, stunting pada anak-anak akan berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia usia produktif di masa depan.

"Kondisi stunting ini sangat memprihatinkan, punya pengaruh signifikan terhadap kualitas SDM terutama usia produktif," kata Muhadjir Effendy dalam acara bertajuk "Peluncuran Buku Indonesia Menuju 2045" yang dilansir ANTARA.

Riset Bank Dunia menunjukkan 54 persen SDM usia produktif di Indonesia dulunya pernah mengidap stunting.

Baca Juga: Atasi Stunting, Edukasi Wajib Diberikan Sebelum Pasangan Menikah

Ilustrasi stunting, tinggi badan anak. (Envato Elements)
Ilustrasi stunting, tinggi badan anak. (Envato Elements)

"Lima puluh empat persen SDM kita adalah mantan-mantan stunting. Padahal kalau orang sudah kena stunting pada 1.000 hari pertama kehidupan, itu diintervensi apapun maka dia tidak akan bisa tumbuh optimal seperti seharusnya," katanya.

Muhadjir mengatakan untuk mendukung Indonesia Emas di tahun 2045, penanganan stunting sangat penting.

"Kita kalau membangun SDM Indonesia tahun 2045 tidak bisa diambil dari yang tengah tanpa dimulai dari yang paling awal yakni 1.000 hari awal kehidupan," katanya.

Presiden Joko Widodo memberikan perhatian besar terhadap masalah stunting dengan memberikan target penurunan kasus stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024. Saat ini kasus stunting masih 27,6 persen atau dari setiap 10 kelahiran, tiga bayi di antaranya mengalami stunting.

Muhadjir menambahkan presiden juga menekankan masalah stunting adalah persoalan keluarga.

Baca Juga: Pemkot Jakarta Pusat Fokus Tangani Stunting di 10 Kelurahan

"Sekarang sudah ada kebijakan presiden yang cukup radikal. Stunting tidak dilihat sebagai penyakit, tapi dilihat dari persoalan pembangunan rumah tangga. Yang menangani BKKBN karena ini urusan pembangunan keluarga," paparnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI