Ada daftar terpisah dari 61 negara di mana malaria tidak pernah ada, atau hilang tanpa tindakan khusus.
China juga merupakan negara pertama di wilayah Pasifik Barat WHO yang dianugerahi sertifikasi bebas malaria dalam lebih dari tiga dekade.
Laporan Malaria Dunia WHO 2020 memperingatkan kemajuan global terhadap penyakit ini sedang mendatar, terutama di negara-negara Afrika yang menanggung beban kasus dan kematian.
Pada tahun 2019, penghitungan global kasus malaria diperkirakan mencapai 229 juta—angka yang berada pada tingkat yang sama selama empat tahun terakhir.
Pada 1950-an, Beijing mulai mencari tahu di mana malaria menyebar dan mulai memeranginya dengan obat-obatan antimalaria pencegahan, kata WHO.
Negara ini mengurangi tempat berkembang biak nyamuk dan meningkatkan penyemprotan insektisida di rumah-rumah.
Saat mencari pengobatan malaria baru pada 1970-an, Cina menemukan artemisinin—senyawa inti dari terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACTs), yang merupakan obat antimalaria paling efektif yang tersedia.
Pada 1980-an, Cina termasuk negara pertama yang secara ekstensif menguji penggunaan kelambu berinsektisida untuk mencegah malaria. Pada tahun 1988, lebih dari 2,4 juta telah didistribusikan secara nasional.
Pada akhir tahun 1990, jumlah kasus malaria di China turun drastis menjadi 117.000, dan kematian telah berkurang hingga 95 persen.
Baca Juga: CEK FAKTA: WHO Berencana Jahat Modifikasi Genetik Manusia Lewat Vaksinasi, Benarkah?
“Kemampuan China untuk berpikir di luar kotak membantu negara dengan baik dalam menanggapi malaria, dan juga memiliki efek riak yang signifikan secara global,” kata Pedro Alonso, direktur program malaria global WHO.