Suara.com - Edukasi terkait bahaya dan dampak stunting bagi tumbuh kembang anak perlu diberikan sejak awal, bahkan sebelum pasangan menikah dan memiliki anak.
Hal ini diungkap oleh Kepala Pusat Pendidikan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Lalu Makripuddin.
Ia mengatakan BKKBN terus melakukan edukasi pengasuhan pada keluarga sebagai upaya intervensi sensitif dalam mengatasi permasalahan stunting (kekerdilan) di Indonesia.
“Jadi kita akan mulai dari mempersiapkan kesehatan calon pengantin atau calon ibu. Memastikan asuhan ibu hamil, ibu pasca melahirkan dilakukan sesuai standar dan mendampingi ibu menyusui dan pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK),” kata Lalu dikutip dari ANTARA.
Baca Juga: Pemkot Jakarta Pusat Fokus Tangani Stunting di 10 Kelurahan
Lalu menuturkan pemberian edukasi terkait pengasuhan pada anak, sangat penting untuk diketahui oleh keluarga sejak sebelum terjadinya konsepsi (pertemuan sel telur dengan sel sperma) sampai 1.000 hari pertama kehidupan anak setelah dilahirkan. Agar anak dapat tumbuh sehat dan terhindar dari stunting sampai dengan usia dua tahun.
Pengasuhan itu, kata dia, perlu mengandung tiga prinsip pengasuhan yakni Asah yang merupakan kebutuhan stimulasi mental, Asih yang mencakup kebutuhan emosi dan kasih sayang serta Asuh yakni kebutuhan biomedis seperti pemberian ASI, asupan gizi dan imunisasi.
Berdasarkan continuum of care, pemberian edukasi mengenai pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan anak, perlu dilakukan dalam tiga fase yang di mulai pada fase kehamilan ibu, pengasuhan pada anak sejak berusia usia nol hingga enam bulan sampai pengasuhan pada anak sejak berusia tujuh hingga 24 bulan.
“Pada masa hamil, kita perhatikan gizi, periksa kehamilan dengan baik, simulasi menjaga kesehatan fisik, kelola emosi dilakukan dengan hobi atau kebiasaan yang menyenangkan dan mudah dilakukan pada fase hamil,” kata dia menjelaskan pengasuhan yang dilakukan pada fase kehamilan.
Pada fase ini, dia menyebutkan suami memiliki peran yang sangat penting untuk terus memberikan perhatian dan dukungan setiap saat kepada ibu yang sedang hamil, memperhatikan perkembangan janin dan membantu pekerjaan rumah atau menolong istri mengatasi keluhan.
Baca Juga: Kepala BKKBN Ungkap Kunci Sukses Mengatasi Stunting di Indonesia
Lebih lanjut dia menjelaskan bagi pengasuhan pada bayi usia nol hingga enam bulan, dia menyarankan untuk melakukan persalinan atau melahirkan di bidan atau dokter. Setelah melahirkan ibu perlu melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif.
Pada saat menyusui, dia meminta ibu untuk tidak bermain gadget atau menonton televisi apalagi membawa makanan atau minuman panas serta berada dekat dengan benda tajam. Dia menyarankan untuk para ibu fokus pada proses menyusui sambil mengajak anak berbicara.
Selanjutnya, perlu dilakukan pemantauan rutin untuk memeriksa tumbuh kembang bayi melalui kartu kembang anak (KKA) dan kartu identitas anak (KIA).
Lalu menuturkan, orang tua harus memastikan tidak ada kelainan status gizi dan tumbuh kembang pada anak sehingga akan lebih mudah diobati bila terdeteksi dari awal.
Sedangkan pada anak usia tujuh sampai 24 bulan, Lalu mengatakan anak dapat mulai diberikan makanan pendamping ASI, yang dilengkapi dengan pemberian vaksin dan vitamin untuk mencegah berbagai penyakit. Orang tua juga perlu menstimulasi tumbuh kembang anak dengan benar melalui penerapan pengasuhan yang positif dan bijak sesuai dengan usia anak.
Lalu mengatakan, 1.000 hari pertama kehidupan anak merupakan periode emas yang perlu digunakan sebaik-baiknya untuk memberikan pengetahuan-pengetahuan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu, khususnya dalam memberikan edukasi soal asupan gizi pada anak sejak dalam kandungan, untuk dapat mencegah anak lahir stunting.
“1.000 hari pertama kehidupan yang merupakan periode emas itu, akan menjadi perhatian utama kita ke depan. Kita akan mulai dari pemuda sebagai calon pasangan usia subur,” ucap dia.