Selain Fisik, Bibir Sumbing Juga Bisa Sebabkan Masalah Psikologis

Jum'at, 01 Oktober 2021 | 13:26 WIB
Selain Fisik, Bibir Sumbing Juga Bisa Sebabkan Masalah Psikologis
Pasien bibir sumbing. [Suara.com / Risna Halidi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bayi yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing dan celah langit terbuka masih cukup tinggi di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan mencatat, Indonesia menempati peringkat keempat di Asia terhadap jumlah kasus kelainan bawaan tersebut. 

"Prevalensinya mencapai 59,3 persen per seribu kelahiran hidup. Di antara angka tersebut kasus cleft lip dan palate (bibir sumbing dan celah langit) menempati dua terbanyak," kata Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Dr. drg. Dudi Aripin, Sp.KG. (K) dalam konferensi virtual perayaan Hari Senyum Sedunia bersama Yayasan Smile Train Indonesia, Jumat (1/10/2021).

Dokter Dudi mengatakan, kelainan tersebut bukan hanya berpengaruh secara kesehatan tubuh pengidapnya, tapi juga secara psikologis, terutama jika anak terlambat mendapatkan penanganan medis.

"Kalau bayi mungkin tidak terlalu terpengaruh. Kalau sudah agak besar apalagi dewasa pasti sudah terpengaruh jadi merasa minder, tidak percaya diri," ucapnya.

Baca Juga: Sangat Urgent, Aplikasi PeduliLindungi Kok Belum Terdaftar Resmi di Kominfo?

Ilustrasi bibir sumbing (Elements Envato)
Ilustrasi bibir sumbing (Elements Envato)

Oleh sebab itu, penanganan bibir sumbing celah langit di rumah sakit sebenarnya bukan hanya operasi saja, lanjut dokter Dudi. Tapi juga pasien perlu diberikan oendampingan psikis untuk memperbaiki mentalnya.

Hal serupa disampaikan Country Manager Smile Train Indonesia Deasy Larasati. Selama 19 tahun Smile Train menangani masalah bibir sumbing dan celah langit di Indonesia menemukan bahwa kelainan tersebut memang mengenai banyak fungsi kesehatan.

"Barangkali kalau untuk orang awam mungkin di penampilan. Tapi sebenarnya dia juga bermasalah di pernapasan, bermasalah di makan, sampai ke paru-paru bahkan pendengaran, dan hal-hal lain yang menjadi sekunder," kata Deasy.

Terutama kelainan pada celah langit, menurut Deasy kondisi itu harus segera diatasi sedini mungkin sejak anak lahir. Agar kemampuan bicaranya bisa seperti orang normal.

"Karena bisa masih sangat jelek kalau langit-langit belum diperbaiki. Jadi kalau melihat dengan kelainan itu sebaiknya sebelum usia 2 tahun. Kalau bibir belum tertutup saya gak terlalu khawatir karena hampir bisa sempurna, bisa kita atasi," pungkasnya.

Baca Juga: Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2021 Resmi Dibuka, Ini Pesan dari Menkes Budi Gunadi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI