Suara.com - Gangguan irama jantung alias aritmia tidak hanya membuat seseorang gampang berdebar hingga pusing. Dokter mengatakan gangguan irama jantung juga bisa meningkatkan risiko stroke.
Dokter spesialis saraf Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Rakhmad Hidayat, Sp.S(K), MARS mengatakan angka kejadian stroke iskemik pada pasien aritmia lebih tinggi lima kali lipat.
Hubungan aritmia dan stroke diawali dari adanya gangguan kontraksi jantung, sehingga membuat aliran darah menjadi tertahan.
Aliran darah yang tertahan akan membentuk gumpalan (tromboemboli), yang dapat terbawa ke otak, menyumbat pembuluh darah di otak yang akhirnya menyebabkan stroke.
Baca Juga: Sering Pusing dan Berdebar Tanpa Sebab, Waspada Gangguan Irama Jantung
Stroke sendiri juga dapat memicu terjadinya aritmia. Rakhmad kemudian mengatakan, kerusakan pada jaringan otak mempengaruhi sistem saraf autonom pada tubuh yang mengatur irama dan laju jantung. Kematian sel otak juga dapat merangsang respon peradangan umum tubuh yang memicu aritmia.
"Aritmia ditemukan lebih banyak pada stroke yang melibatkan otak sisi kanan dan area insula pada otak," tutur Rakhmad Hidayat, dalam webinar RSUI, dilansir ANTARA.
Ada sejumlah cara untuk membantu pasien artimia terhindar dari stroke antara lain melakukan gaya hidup sehat seperti tidak merokok, menghindari konsumsi minuman beralkohol, makanan yang berlemak dan mengandung natrium tinggi.
Mereka juga disarankan melakukan olahraga rutin, mengontrol tekanan darah dan gula darah, menjaga berat badan agar ideal, serta rutin meminum obat yang diresepkan oleh dokter.
Beberapa obat yang mungkin diresepkan dapat termasuk untuk memperbaiki irama dan laju jantung misalnya obat laju jantung, irama jantung (digoksin), atau obat yang mencegah penggumpalan darah yaitu obat pengencer darah (aspirin atau warfarin). [ANTARA]
Baca Juga: Catat! Punya Penyakit Kolesterol Bisa Sembuh Tanpa Obat, Bagaimana Caranya?