Suara.com - Untuk mengatasi pandemi COVID-19, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan upaya pencegahan harus lebih diutamakan dadripada pengobatan. Mengapa?
"Upaya yang paling baik dalam kondisi COVID-19 saat ini adalah pencegahan bukan pengobatan. Pencegahan itu adalah yang terbaik. Karena kalau sudah ada pencegahan, kita tidak perlu pusing lagi dengan pengobatan dan lain-lain," kata Ketua Pokja Infeksi PDPI Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) dalam gelar wicara virtual Waspada Mutasi Virus Dengan Protokol Kesehatan di Jakarta.
Erlina menuturkan sekalipun varian-varian baru muncul, hal utama yang penting dilakukan adalah mencegah varian tersebut masuk ke dalam tubuh, melalui upaya pencegahan.
Ia mengatakan cara mencegah varian masuk ke dalam tubuh adalah dengan intervensi berupa penerapan protokol kesehatan yang ketat, penguatan 3T (pengujian, pelacakan kontak dan perawatan), vaksinasi, peningkatan imunitas tubuh dan pemeliharaan kesehatan mental.
Baca Juga: Pemkot Jakbar ke Orang Tua Murid soal PTM: Tak Usah Cemas
Meningkatkan imunitas diri dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, aktivitas fisik yang cukup atau berolahraga, istirahat cukup, mengonsumsi suplemen vitamin sesuai rekomendasi, tidak merokok dan mengendalikan komorbid.
Protokol kesehatan terdiri dari memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menghindari kerumunan dan meminimalisasi mobilitas.
Masyarakat diminta untuk segera mengakses vaksin untuk memperkuat perlindungan diri melawan COVID-19.
Upaya-upaya tersebut berlaku untuk seluruh masyarakat termasuk penyintas atau orang yang berhasil sembuh dari COVID-19.
Menurut Erlina, intervensi satu pencegahan dengan lainnya saling melengkapi, bersifat penting, dan harus dilakukan bersamaan. Hingga saat ini, tidak ada satu pun intervensi pencegahan yang bisa dikatakan 100 persen menjamin seseorang tidak akan tertular COVID-19 atau memastikan penyintas tidak akan terinfeksi ulang.
Baca Juga: Keren! Kasus Covid-19 di Kota Solo Turun Drastis, Hanya 8 Orang yang Dirawat
Oleh karena itu, semua upaya pencegahan tersebut harus dilakukan sebagai satu kesatuan dan tidak ada yang dikesampingkan.
"Hingga saat ini pencegahan yang terbukti jitu adalah 3M/5M (protokol kesehatan) dan vaksinasi, dan kalau diperlukan meningkatkan imunitas dan menjaga kesehatan mental," ujarnya.
Erlina menuturkan jika virus masuk ke tubuh, maka akan menjadi masalah yang lebih serius karena virus akan mudah berkembang biak atau bereplikasi di dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan kerusakan dengan badai sitokin, menyebabkan keparahan penyakit dari derajat ringan hingga kritis, sampai ancaman kehilangan nyawa.
Oleh karena itu, lebih baik untuk mencegah terinfeksi COVID-19 daripada mengatasi masalah jika virus sudah menginfeksi tubuh.
"Jadi, memang untuk COVID-19, tidak ada kata lain, pencegahan adalah yang utama," kata Erlina.
Di samping itu, Erlina meminta semua orang untuk menjadi agen edukasi untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan vaksinasi, dan memberikan informasi benar untuk mengatasi hoaks dan disinformasi. [ANTARA]