Suara.com - Sebuah studi oleh Karolinska Institutet dan University of Gothenburg, Swedia, menunjukkan bahwa otak penderita gangguan bipolar mengalami perubahan abnormal saat episode manik (gembira).
Bipolar merupakan gangguan kejiawaan yang ditandai dengan episode berulang yakni mania dan depresi.
Dalam studi ini, peneliti ingin mengetahui perubahan otak yang terjadi ketika penderita bipolar mengalami salah satu episode.
Berdasarkan Medical Xpress, mereka mengumpulkan 1.232 data MRI, terdiri dari 307 pasien gangguan bipolar dan 925 kontrol sehat, di 14 pusat penelitian di seluruh dunia dan menganalisisnya selama 9 tahun.
Baca Juga: Studi Inggris: Gejala Ringan Covid-19 Juga Berdampak Panjang pada Kondisi Otak
Perubahan pada Korteks Prefrontal
Peneliti menemukan adanya penipisan kortikal pada penderita bipolar saat mengalami episode manik, dan yang paling nyata terlihat di korteks prefrontal.
Korteks prefrontal (terletak di dahi) merupakan pusat regulasi emosi, perencanaan, pengambilan keputusan, kontrol impuls, dan fungsi kognitif penting lainnya.
"Fakta bahwa penipisan kortikal pada pasien ketika episode manik menekankan pentingnya pengobatan untuk mencegah episode mood dan merupakan informasi penting bagi psikiater," tutur penulis studi Profesor Mikael Landén dari Institut Karolinska.
Saat membandingkannya dengan orang sehat, ada tiga wilayah otak yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu pada penderita bipolar, yakni di ventrikel (rongga penghasil cairan serebrospinal untuk perlindungan otak), serta fusiform dan korteks parahippocampal (dua area terkait pengenalan dan memori).
Baca Juga: 57 Pegawai Dipecat Besok, Koalisi Sipil: Jokowi Salah Satu Otak Pelemahan KPK
Tetapi peneliti mengatakan bahwa kemungkinan perubahan otak ini tidak terjadi pada pasien gangguan bipolar yang tidak mendapat perawatan dokter.