4 Mitos Tentang Otak Tengah, Benarkah Menjadi Penentu Kejeniusan Seseorang?

Kamis, 30 September 2021 | 11:45 WIB
4 Mitos Tentang Otak Tengah, Benarkah Menjadi Penentu Kejeniusan Seseorang?
Ilustrasi otak manusia (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Otak manusia terbagi menjadi dua bagian yakni otak kiri dan otak kanan. Namun di antara otak tersebut, terdapat otak tengah (mesencephalon) atau midbrain yang menghubungkan otak depan (forebrain) dengan otak belakang (hindbrain). 

Fungsi otak tengah adalah untuk mengontrol respon penglihatan, pendengaran, gerakan bola mata dan dilasi pupil, gerakan motorik, kewaspadaan (alertness), serta mengatur suhu tubuh.

Sedangkan cara kerjanya dimulai dari datangnya impuls dari sumsum tulang belakang dan saraf tepi. Sumsum tulang belakang dan saraf tepi memberikan impuls ke otak besar sebagai pusat kendali anggota tubuh. 

Lalu impuls dikirim melewati batang otak sebagai jembatan otak kecil dan otak besar. Kemudian di batang otak terdapat jembatan varoli (pons varoli) yang letaknya di depan otak kecil yang meneruskan impuls dari otak besar. 

Baca Juga: Ilmuwan Peringatkan Chip Neuralink Elon Musk Bisa Menjual Pikiran

Ilustrasi otak manusia (Elements Envato)
Ilustrasi otak manusia (Elements Envato)

Setelah itu, impuls tersebut direspon disesuaikan dengan keadaan di mana respon akan ditujukan.

Masyarakat sempat dihebohkan dengan program aktivasi otak tengah yang disebutkan bahwa dengan mengikuti program tersebut, kinerja otak tengah akan mengalami peningkatan dan seketika menjadi genius. 

Beberapa metode yang dilakukan dalam program itu ialah Blindfold Reading (BFR) dan Kinesiologic Imagination Program (KIR). Metode BFR merupakan metode belajar dengan mata tertutup, sedangkan metode KIR, memasukkan informasi ke dalam pikiran bawah sadar seseorang dengan bantuan sentuhan.

Namun sebenarnya, program aktivasi otak tengah ini masih menjadi perdebatan. Sebab belum ada bukti dan metode penelitian yang benar mengenai aktivasi otak tengah, sehingga istilah aktivasi otak tengah ini dapat dikatakan istilah yang sama sekali tidak berdasar ilmiah. 

Beberapa ilmuwan menganggapnya sebagai pseudoscience atau ilmu semu.

Baca Juga: Ilmuwan Kembangkan Otak Manusia di Microchip, Lebih Murah dari Kopi

Dikutip dari Ruang Guru, terdapat berbagai mitos mengenai otak tengah yang beredar di maayarakat. Beberapa di antaranya:

1. Otak tengah perlu diaktivasikan agar berfungsi

Ilustrasi otak manusia (Elements Envato)
Ilustrasi otak manusia (Elements Envato)

Sebenarnya tanpa perlu diaktivasikan, otak tengah pasti akan tetap berfungsi. Seandainya otak tengah tidak berfungsi tentu akan berakibat buruk, seperti buta, tuli, parkinson hingga stroke. 

2. Otak tengah memengaruhi kemampuan sosial

Ilustrasi otak manusia (Elements Envato)
Ilustrasi otak manusia (Elements Envato)

Setiap bagian otak punya fungsi masing-masing juga bekerja antara satu sama lain menopang kerja tubuh manusia. Fungsi spesifik otak tengah yang sudah disebutkan di atas dan berdasarkan penelitian ilmiah tidak menyebutkan hubungan otak tengah dengan kemampuan sosial.

3. Otak tengah menghubungkan otak kiri dan kanan

Ilustrasi otak manusia (Elements Envato)
Ilustrasi otak manusia (Elements Envato)

Penghubung otak kiri dengan otak kanan ialah corpus collosum dan sudah terhubung sejak manusia lahir. Sedangkan otak tengah menghubungkan otak depan dan otak belakang.

4. Otak tengah memancarkan gelombang

Ilustrasi otak sebagai pusat  pengendali tubuh. (Pexels//meo)
Ilustrasi otak. (Pexels//meo)

Sampai saat ini belum ada referensi jurnal ilmiah atau penelitian ilmiah yang menyebutkan bahwa otak tengah bisa memancarkan suatu jenis gelombang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI