Suara.com - Jam kerja yang panjang dan berlebihan alias kerja lembur bisa memicu penyakit jantung bukan omong kosong.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Primaya Hospital Bekasi Barat, dr. Fachmi Ahmad M. Sp.JP, mengatakan kerja lembur meningkatkan peluang berkurangnya waktu tidur.
"Kerja lembur juga berkaitan erat dengan tekanan darah tinggi, stres, dan pola makan tidak sehat yang merupakan faktor risiko penyakit jantung," ujar dr. Fachmi dalam acara diskusi Primaya Hospital, Rabu (29/9/2021).
dr. Fachmi menambahkan bahwa pekerjaan yang memakan waktu panjang, menggunakan sistem bergilir atau shift, berbeban berat, terpapar karbon monoksida atau polutan lain meningkatkan peluang sakit jantung.
Baca Juga: Berikut Pola Makan yang Baik untuk Pasien Jantung, Lengkap dengan Jam Makannya!
Ditambah pola hidup sedentary lifestyle atau gaya hidup tidak aktif, seperti duduk dalam waktu lama juga berpotensi memicu penyakit jantung seperti tekanan darah dan kadar kolesterol tinggi, stres, pola tidur tak teratur, dan pola makan tidak sehat.
"Demi jantung sehat, waktu kerja maksimal yang disarankan adalah 8 jam sehari selama 5 hari dalam satu pekan. Sedangkan waktu lembur maksimal 2 jam," tutur dr. Fachmi.
Dia juga menjelaskan, selain bekerja 8 jam per hari, pekerja harus rutin bergerak aktif di sela-sela pekerjaan agar terhindar dari penyakit jantung.
Durasi aktivitas seperti berdiri dan berjalan yang disarankan adalah 5 menit untuk setiap 1 jam bekerja.
Adapun untuk kudapan atau camilan saat bekerja yang direkomendasikan demi jantung sehat adalah kacang-kacangan, buah, dan sayuran.
Baca Juga: Biar Nggak Salah Kaprah, 3 Mitos Keliru tentang Kolesterol Ini Wajib Diketahui
Rutin menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check-up juga penting bagi pekerja. Hal terakhir, yang perlu diperhatikan adalah tingkat stres yang sebaiknya tidak berlebihan alias stres kronis
"Tingkat stres kronis bisa menyebabkan penyakit jantung karena berbagai gejala yang menyertai seperti insomnia atau gangguan tidur dan depresi yang mengarah ke gaya hidup tidak sehat," pungkas dr. Fachmi.