Suara.com - Sejak awal mewabah, infeksi Covid-19 memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda untuk setiap pasien.
Penelitian menemukan perbedaan tingkat keparahan ini dipengaruhi langsung oleh autoantibodi. Apa itu?
Melansir BBC, autoantibodi secara singkat didefinisikan sebagai antibodi 'nakal' karena tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Jika antibodi pada umumnya berfungsi melawan infeksi, maka autoantibodi malah menyerang sel, jaringan, hingga organ tubuh sendiri.
Ilmuwan dari Yale School of Medicine mengatakan orang sehat pun menghasilkan autoantibodi, walau pada umumnya tidak dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada sistem kekebalan tubuh.
Pada pasien Covid-19, autoantibodi tidak hanya merusak sistem kekebalan tubuh, tapi juga jaringan sehat di otak, pembuluh darah, trombosit, hati, dan saluran pencernaan.
![Ilustrasi antibodi. [Swiftsciencewriting/Pixabay]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/13/11622-antibodi.jpg)
Pada situasi infeksi Covid-19, autoantibodi dapat menyasar 'puluhan jalur kekebalan', kata Aaron Ring, asisten profesor imunobiologi di Yale School of Medicine, kepada BBC.
Dalam riset terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature, Ring dan tim risetnya menyaring darah dari 194 pasien yang telah tertular virus corona dengan berbagai tingkat keparahan.
Mereka lalu menemukan bahwa aktivitas autoantibodi responden 'meningkat secara nyata' jika dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi Covid-19.
Baca Juga: Klaim Mampu Obati Covid-19, Nanobodi dari Llama Dilirik Ilmuwan
Semakin banyak autoantibodi yang terdeteksi, semakin besar keparahan penyakit yang dialami pasien.